Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali menyita perhatian global, ketika dalam sebuah pidato pada Jumat 15 Februari, dia mengucap pujian dengan cara Islam, setelah sebelumnya mengecam para anggota ulama Katolik.
Berbicara di depan hadirin yang didominasi masyarakat muslom di Kota Cotabato, Duterte berseru: "Ada bagian dari diri saya yang sebenarnya adalah Islam."
Baca Juga
Advertisement
"Itulah sebabnya, jika saya dan para pendeta gila itu bertengkar, saya bukan Katolik. Saya Islam ... dan itu benar," tambahnya dalam bahasa Tagalog, sebagaimana dikutip dari ABS CBN News pada Selasa (19/2/2019).
Klaim sensasional itu disampaikan oleh Rodrigo Duterte sebagai penekanan terhadap rancangan Hukum Organik Bangsamoro (BOL), yang akan memberikan komunita muslim di Filipina selatan, entitas dan otonomi lebih besar sehingga diharapkan berdampak pada kemajuan politik dan ekonomi setempat.
Saat memulai pidatonya, Duterte juga terdengar beberapa kali mengagungkan nama Allah, yang menurutnya, telah membawa kebaikan untuk memungkinkan tercapainya era baru masyarakat BOL.
"Tuhan pasti pada kita. Fakta bahwa kita telah mencapai titik ini setelah bertahun-tahun negosiasi dan interupsi. Kita di sini. Insya Allah. Tuhan itu agung. Allahu Akbar," kata Duterte.
"Sungguh, tanpa Allah, hal itu akan sulit bagi kita," lanjut presiden berkuasa Filipina itu.
Rodrigo Duterte, yang lahir dan besar sebagai seorang penganut Katolik, kerap bersitegang dengan para pemimpin gereja karena retorikanya yang keras, dan seringkali mempertanyakan tentang doktrin-doktrin agama tersebut.
Duterte sering menuduh Gereja Katolik sebagai institusi yang munafik, dan mengatakan tidak punya hak untuk mengkritik kebijakannya, karena menurutnya, gagal mendisiplinkan anggota klerus yang melanggar hukum.
Simak video pilihan berikut:
Institusi Agama yang Dominan di Filipina
Dalam beberapa pekan terakhir, Duterte diketahui mengeluarkan penghinaan terhadap pendeta Katolik, dan bahkan sempat mengatakan bahwa para uskup harus dibunuh.
Beberapa uskup yang vokal menanggapi penindasan verbal oleh Duterte.
Balanga, Uskup Ruperto Santos mengatakan, pemerintahan Duterte memalukan bagi Filipina. Sementara Uskup Novaliches, Emeritus Teodoro Bacani, menantang presiden berusia 73 itu untuk keluar tanpa pengawalan keamanan.
Meski begitu, Duterte terus mengeluarkan omelan terhadap Gereja Katolik. Padahal sebelumnya, kedua belah pihak telah melakukan beberapa kali dialog perdamaian.
Gereja Katolik adalah institusi agama yang dominan di Filipina, di mana pengaruhnya telah mengakar sejak empat abad terakhir.
Bahkan, sejak 1985, Gereja Katolik diketahui ikut berperan dalam penggulingan dua presiden.
Tetapi sejak Duterte menjabat pada pertengahan 2016, pengaruh Gereja Katolik diuji oleh serangan tanpa henti berupa kritik pemerintah terhadapnya.
Advertisement