Liputan6.com, Jakarta - Produsen asal Jepang, Honda bakal menutup pabrik satu-satunya di Inggris pada 2021. Penutupan ini, disebabkan oleh rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit, dan akibat hal tersebut, jenama berlambang huruf 'H' ini juga bakal melakukan PHK terhadap 3.500 pekerjanya.
Melansir Reuters, Rabu (20/2/2019), Honda telah membangun lebih dari 160 ribu kendaraan di pabrik Swindon, Inggris Selatan tahun lalu, dengan model andalan Civic dan CR-V. Jumlah tersebut, berkontribusi lebih 10 persen dari total produksi kendaraan di Inggris sebesar 1,5 jutaan unit.
Baca Juga
Advertisement
Namun, dengan semakin beratnya tantangan industri di Eropa dan menurunnya permintaan mobil Diesel, serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa, Jepang memang selalu berencana untuk menarik investasinya di Inggris yang dipandang sebagai pintu gerbang ke Eropa, jika London tidak mengamankan kesepakatan Brexit yang menguntungkan untuk perdagangan.
"Kami harus mempertimbangkan kendaraan kendaraan listrik, dan kecepatan yang berbeda di mana kendaraan listik akan berkembang di Amerika Utara dan Eropa. Namun, penutupan ini tidak terkait dengan Brexit," jelas Chief Executive Honda, Takahiro Hachigo.
Honda yang memproduksi Civic di Inggris dan Turki, bakal berhenti memproduksi di dua negara tersebut. Pengumuman tersebut, diambil dua minggu setelah pengumuman jika Nissan juga batal memproduksi SUV baru di Inggris.
Sebagian besar produksi Civic hatchback ini, merupakan model ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.
Gara-Gara Brexit, Harga Jual Jaguar Land Rover Meroket?
Dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit berdampak cukup besar bagi industri otomotif. Salah satunya, dengan ditutupnya pabrik Jaguar Land Rover (JLR) di Negeri Britania, pada April 2019. Lalu, dengan penutupan tempat perakitan tersebut, apa dampaknya bagi penjualan di Indonesia?
Dijelaskan Jentri Izhar, Brand Director JLR Indonesia, untuk di pasar Indonesia sendiri memang belum ada pengaruhnya. Namun, jika diprediksi, penutupan pabrik JLR ini bakal mempengaruhi harga jual kendaraannya di pasar otomotif nasional.
"Pengaruhnya nanti lebih ke produksi, karena supply chain-nya nanti bagaimana tergantung dari sana," jelas Izhar saat berbincang dengan wartawan beberapa waktu lalu.
Sementara itu, untuk waktu pengirimannya juga tidak akan berpengaruh, karena tidak ada hubungannya dengan penutupan pabrik. "Pengiriman itu cukup fleksibel, jadi paling pengaruhnya di harga (lebih mahal)," tegasnya.
Berbicara soal strategi JLR dengan penutupan pabrik ini, memang belum dibicarakan lebih lanjut. Pasalnya, memang hingga saat ini belum ada pengaruhnya, dan harapannya jika ada dampaknya untuk di Indonesia sendiri, tidak terlalu besar dan mempengaruhi bisnisnya di Tanah Air.
"Mungkin teman-teman sudah dengar pengumuman JLR akhir-akhir ini. Kami pun sedang menghadapi isu sendiri di dalam Jaguar Land Rover, jadi isu Brexit ini menjadi tantangan kami berikutnya," pungkas Izhar.
Advertisement