Liputan6.com, Jakarta - Beberapa negara memiliki cara unik untuk merayakan Cap Go Meh. Perayaan dan tradisi yang dilakukan saat Cap Go Meh tentunya memiliki makna yang dalam karena ada legenda yang terjadi saat perayaan tersebut.
Orang keturunan Tionghoa di Asia Tenggara menganggap Cap Go Meh sebagai Valentine Orang Cina. Bahkan di Malaysia, anggapan ini terus berjalan hingga sekarang, di mana wanita lajang memiliki ritual khusus di hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari star2.com, pada zaman dahulu, gadis-gadis Tionghoa dilarang keluar rumah kecuali saat perayaan Cap Go Meh. Mereka hanya pergi ke kuil untuk bersembahyang ditemani oleh para pelayannya. Selain bersembahyang, mereka juga keluar untuk melihat bulan purnama yang muncul pertama kali setelah Tahun Baru Imlek.
Mereka mengenakan pakaian terbaiknya untuk merayakan Cap Go Meh. Penampilan mereka yang memukau tersebut tentu saja menarik perhatian setiap lelaki yang ada di jalan. Kesempatan tersebut tidak akan dilewatkan oleh para lelaki demi mendapatkan pasangan yang cocok.
Ketika seorang pria telah menemukan tambatan hatinya, ia akan berusaha mengenal sang gadis lebih dalam lagi. Setelah dirasa cocok, barulah seorang pria mengirimkan lamaran pernikahan kepada keluarga sang gadis. Legenda tersebut memunculkan anggapan bahwa Cap Go Meh merupakan perayaan Valentine ala orang Tionghoa.
Legenda Jodoh
Menurut legenda, ada seorang mak comblang di bulan yang akan mengikat kaki sepasang kekasih dengan benang merah, mengikat mereka untuk hidup. Pasangan yang berasal dari surga merupakan pasangan yang bersama-sama menjalani keseharian mereka di bumi.
Di Malaysia, tradisi ini sudah berkembang. Cap Go Meh tetap dianggap sebagai hari Valentine bagi para wanita lajang. Mereka akan berkumpul di tepi sungai atau danau untuk melemparkan jeruk mandarin yang sudah dituliskan nama dan kontak mereka.
Kegiatan tersebut selalu mereka lakukan pada malam Cap Go Meh demi mendapatkan jodoh yang baik. Ketika jeruk mandarin tersebut diambil oleh pria yang menyeberangi sungai, benih-benih cinta akan muncul di antara mereka.
Inti dari tradisi tersebut bukanlah pada pria mana yang mengambil jeruknya. Makna ini justru terletak pada menyatakan harapan tentang cinta kepada dunia. Karena itu, banyak wanita lajang yang melakukan kegiatan ini bersama dengan teman-temannya agar harapan mereka tentang cinta bisa terkabul. (Esther Novita Inochi)
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement