Alasan Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DBD Sulit Dibasmi Peredarannya

Inilah alasan nyamuk DBD sulit dibasmi di Indonesia

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2019, 13:00 WIB
Perawat melakukan pemeriksaan kepada anak-anak pasien DBD di RSUD Depok, Selasa (9/2/2016). Pasien DBD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok terus meningkat sejak Desember 2015. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mencatat bahwa jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) telah mencapai 16.692 orang. Dan 90 persen di antaranya merupakan anak-anak di bawah 15 tahun. Ini merupakan data dari periode 1 Januari hingga 3 Februari 2019.

Jumlah penderita kemungkinan masih akan bertambah. Padahal, angka penderita DBD masih bisa ditekan asalkan masyarakat mau peduli akan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang. 

Hal ini diungkapkan Kepala Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman (UKPHP) dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Drh Upik Kesumawati dalam diskusi Lengkapi Langkah Perlindungan 3M Plus Agar si Kecil Bebas Main Tanpa Nyamuk pada Selasa, 19 Februari 2019.

"Ini yang membuat nyamuk Aedes aegypti masih marak dan menyebar di mana-mana," katanya. 

"Manusianya itu yang malas. Saya rasa permasalahannya dari dulu seperti itu," Upik menekankan. 

 


Penyebaran Nyamuk Penyebab DBD

Seorang anak penderita demam berdarah (DBD) menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (1/2). Saat ini RSUD Pasar Rebo merawat sebanyak 27 pasien demam berdarah terdiri anak anak dan dewasa. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Berdasarkan penelitian, lanjut Upik, nyamuk Aedes aegypti telah mengalami perubahan perilaku adaptif. Jika sebelumnya nyamuk penyebab DBD ini lebih aktif mengisap darah di siang hari, kini aktif mengisap di malam hari. 

Upik, mengatakan, perkembangbiakan nyamuk berbahaya satu ini terjadi tak hanya di tempat yang berpolusi, tapi juga bertelur di air yang jernih. Sehingga, jentiknya dengan mudah ditemukan di berbagai tempat baik di dalam, maupun luar rumah.

Meski ketika dewasa, nyamuk Aedes aegypti betina sebagai pembawa virus dengue, lebih senang hidup di dalam ruangan serta membutuhkan darah manusia untuk membantu perkembangan telurnya”.

Karena itu, Upik mengimbau kepada para masyarakat untuk lebih peduli terhadap 3M, guna memberantas nyamuk Aedes aegypti.

"3M itu mudah, enggak usah pakai biaya, tinggal kemauan kita yang mau membersihkan sarang-sarang itu," Upik menekankan.

Jangan lupa juga untuk melakukan berbagai upaya pencegahan yang dianjurkan, serta melindungi diri dari gigitan nyamuk, dengan menggunakan produk yang terpercaya.

“Saya pribadi bersama tim di IPB berkesempatan melakukan pengujian terhadap formula baru MY BABY Minyak Telon Plus. Hasilnya, ekstrak bahan alami yang diformulasikan pada produk ini, terbukti mampu mencegah gigitan nyamuk, termasuk jenis Aedes aegypti hingga 8 jam," Upik menambahkan.

 Penulis : Dara Elizabeth

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya