Liputan6.com, Jakarta Setelah menjalani operasi pengecilan lambung (bariatrik), pasien obesitas dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sunarti, coba diberikan cairan oleh tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung.
Pemberian cairan itu berupa test feeding selama empat jam, dan enteral hipokalori 50 mililiter sebanyak enam kali.
Advertisement
Ahli gizi dari Instalasi Gizi RSHS, Trijana Pudji Rahayu menjelaskan test feeding itu dilakukan sebagai percobaan pemberian cairan untuk mengetahui fungsi dan absorbi lambung dan usus. Sedangkan pemberian enteral hipokalori, adalah pemberian makanan cair dengan jumlah kalori yang rendah.
"Isi dari test feeding berupa cairan clear water atau air bening kalau untuk Ibu Sunarti. Biasanya kita menggunakan dextrose. Untuk enteral hipokalori, berisi cairan turunan dari gula berkalori rendah 6 x 50 mililiter dengan formula ensure coklat. Karena pasiennya tidak suka formula rasa vanilla, maka diganti dengan rasa coklat," kata Trijana di Bandung, Rabu, 20 Februari 2019.
Trijana, mengatakan, cairan test feeding mau pun enteral hipokalori, yang seluruhnya dikonsumsi seperti biasa melalui mulut (oral). Trijana menuturkan tahap selanjutnya untuk makanan yang akan dikonsumsi diserahkan kepada dietisien lainnya di ruangan rawat inap.
Pindah Ruangan
Karena usai dirawat di ruang intensif Instalasi Gawat Darurat (IGD) usai operasi dua hari lalu, tadi pagi Sunarti sudah pindah ke ruang perawatan biasa. Rencananya kata Trijana, makanan yang akan diberikan selanjutnya adalah makanan tinggi serat.
"Hanya disesuaikan dengan asupan dan kondisi pasiennya. Untuk saat ini, asupan makanan padat terhadap pasiennya sangat sedikit karena ada gangguan batuk. Sehingga belum dilakukan pemberian makanan selanjutnya," ujar Trijana.
Adanya gangguan batuk tersebut, memaksa Sunarti harus mengkonsumsi cairan enteral hipokalori, turunan dari gula berkalori rendah 6 x 50 mililiter dengan formula ensure coklat. Sebelum operasi dilakukan, Sunarti telah menjalani diet ketat dengan mengkonsumsi 11 menu makanan cair tinggi serat yang disusun oleh ahli gizi.
Advertisement
Menu yang Diberikan
Contoh menu yang disajikan untuk pasien perempuan berusia 39 tahun di pagi hari adalah nasi putih, semur telur, opor tahu, tumis labu siam, buncis dan jagung semi. Memasuki pukul 10.00 WIB, makanan ringan seperti buah dan puding diberikan masing - masing satu porsi.
Sedangkan untuk menu makan siang terdiri dari nasi putih kembali disajikan dengan lauk pauk berupa ayam asam manis, tahu goreng, sayur asem dan lalab ditambah pisang raja sereh. Pada pukul 16.00 WIB, buah dan puding diberikan lagi dengan porsi yang serupa.
"Menu makan malam berupa nasi putih, ikan, filet, buah - buahan, acar, sup sayuran dan sayur tumis serta tempe goreng," jelas dietisien Instalasi Gizi RSHS Bandung, Dyah Widyastuti, menjelang operasi beberapa waktu lalu.
Sunarti menjalani operasi bariatrik guna mengurangi kapasitas penampungan makanan di lambung yang juga membuang sensor lapar. Sehingga volume makanan yang dikonsumsi oleh pasien perempuan sedikit, tidak akan merasa lapar seperti sebelumnya. Namun, pasca operasi pengecilan lambung ini memiliki dampak negatif yaitu berkurangnya asupan vitamin.
(Arie Nugraha)