Kemenhub Ambil Alih Proyek MRT di Surabaya

Budi mengatakan proyek MRT Surabaya sejalan dengan program pemerintah pusat untuk mendukung aglomerasi Kota Surabaya dan sekitarnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2019, 06:42 WIB
Menhub Budi Karya dan Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak saat membahas pembangunan MRT Surabaya. (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi berencana mengambil alih proyek transportasi massal cepat atau Mass Rapid Transportation (MRT) dan LRT (Light Rapid Transit) di Surabaya yang gagal diwujudkan Wali Kota Tri Rismaharini.

Untuk mewujudkan rencana pembangunan trem tersebut, Budi menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Surabaya, Kamis, 21 Februari 2019, terkait pengembangan perkeretaapian di Provinsi Jawa Timur.

Maksud dari FGD ini digelar, kata Budi, untuk meminta masukan dari beberapa pemegang kebijakan dan warga.

"Kita, perencanaan ini, kita tidak melupakan aspirasi masyarakat lokal. Kami perlu masukan perumusan," kata Budi usai FGD.

Proyek MRT dan LRT ini sendiri, lanjutnya, sejalan dengan program pemerintah pusat untuk mendukung aglomerasi Kota Surabaya dan sekitarnya.

"Surabaya sebagai kota kedua terbesar, yang menurut hemat saya masih belum terlambat untuk membuat perencanaan kembali yang sangat baik," kata Budi Karya.

Lebih lanjut, Budi berharap, konsep yang keluar nantinya, bisa jadi contoh untuk kota-kota lain di luar Kota Pahlawan.

"Kami tidak akan ngomong langsung apa, namun silahkan diskusi," ucap dia.

Yang pasti, masih kata Budi, pihaknya tidak akan mengindahkan konsep atau perencanaan yang dibuat Wali Kota Risma sebelumnya terkait trem untuk Surabaya.

"Biarkan masyarakat bicara, sebab transportasi masal merupakan suatu pilihan dan bukan suatu keniscayaan,” ucap dia.

Selebihnya, Budi meminta agar dalam perencanaan proyek transportasi massal di Surabaya ini, juga mengajak swasta. Sebab, katanya, peran swasta harus dipikirkan.

Sementara Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak yang turut hadir di acara FGD Menhub ini, mengatakan bahwa perencanaaan untuk jangka panjang, perlu adanya perluasan. Tidak hanya berkutat di Surabaya saja.

"Yang menjadi pertanyaan, Surabaya, Megapolitan mau dibawa ke mana? Kalau kita melihat Surabaya ini kan crowdednya luar biasa," kata Emil.

Kalau Surabaya sudah mentok, lanjutnya, ekonomi gak bisa tumbuh. Perekonomian harusnya tidak terhenti hanya di satu kota saja.

"Ekonomi Jatim siapa yang mau dorong kalau Surabaya sudah padat dan terhenti?" tanya suami pesohor Arumi Bachsin ini. 

 

 


Demi Pertumbahan Ekonomi

Maka, tandas Emil, perekonomian di Jawa Timur harus tumbuh merata di setiap daerah. "Di sini kami melihat konsep Gerbangkertasusila atau Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan, jadi perlu segera direalisasikan," ucap dia.

Seperti diketahui, proyek trem di Kota Surabaya ini merupakan mimpi Risma sejak 10 tahun silam, ketika masih menjabat kepala Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota).

Namun, di sisa dua tahun jabatannya sebagai wali kota, rencana proyek yang diperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 3,8 triliun dan dibahas mulai 2016, itu berakhir kandas.

"Ada (proyek trem), karena aku sudah ndak bisa kan! Aku tinggal dua tahun (sisa masa jabatan sebagai wali kota)," katanya kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, 10 Desember 2018 lalu.

"Karena kalau transportasi, kalau massal, itu konstruksinya di atas dua tahun. Dua tahunlah paling cepat, jadi nggak mungkin aku," sambung dia.

Sebagai gantinya, Risma mengalihkan angkutan massal tersebut ke armada bus. "Yang paling mudah itu pakai bus. Iya, kita pakai bus. Tapi kalau untuk yang trem, itu nggak bisa," tegas dia. 

 

Reporter: Moch. Andriansyah

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya