Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China membuka Museum Istana Beijing bernama Forbidden City (Kota Terlarang) untuk pertama kalinya dalam 94 tahun pada malam hari.
Kesempatan langka tersebut merupakan bagian dari perayaan Festival Lampion Beijing, yang hanya dilaksanakan pada Selasa-Rabu, 19-20 Februari 2019. Acara itu diadakan untuk menandai berakhirnya liburan tahun baru Imlek.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, Kota Terlarang hanya dibuka hingga pukul 16.30 sore pada musim dingin dan 17.00 sore di musim panas. Hanya tamu kehormatan China yang dapat menikmati pemandangan musium kerajaan tersebut pada malam hari. Misalnya adalah Donald Trump pada 2017 lalu, sebagaimana dikutip dari CNN pada Jumat (22/2/2019).
Pada Selasa malam, ribuan pengunjung yang beruntung mendapatkan tiket, membanjiri situs. Hanya tersedia 3000 tiket untuk setiap malam, sebagaimana dilaporkan oleh Channel News Asia. Itu berarti hanya 6000 tiket yang dijual untuk kesempatan langka 19-20 Februari 2019.
Pengunjung memasuki museum untuk menyaksikan pertunjukan lampion yang disuguhkan bersama dengan pertunjukan orkestra dan hiburan lainnya. Hampir semua dari mereka merasa bersyukur menjadi bagian dari momen langka tersebut.
Salah satu dari pengunjung adalah Zhang Zhifu, seorang sukarelawan keamanan publik berusia 77 tahun yang diberi tiket gratis oleh pemerintah China.
"Saya tumbuh di Beijing dan mengunjungi Kota Terlarang setiap tahun. Namun, saya belum pernah melihatnya malam hari," kata Zhifu.
"Tidak semua orang bisa datang. Ku dengar sangat suli mendapatkan tiket. Benar-benar suatu kehormatan diberi hak istimewa ini," lanjutnya mengungkapkan rasa syukur.
Simak pula video pilihan berikut:
Lentera Mirip Lampu Disko
Acara malam itu penuh dengan cahaya, sebagaimana tradisi Festival Lampion yang telah berjalan selama ribuan tahun. Semburat cahaya berwarna-warni, membentuk citra yang sangat indah bangunan kuno museum kerajaan.
Namun pada malam itu, terdapat hal yang tidak biasa. Penyelenggara festival memutuskan untuk menggunakan lampu LED dibandingkan dengan lampion kertas dan lilin merah. Hal itu dilakukan demi alasan keamanan, mengingat kedua bahan tersebut mudah menyebabkan kebakaran.
Penggunaan lampu LED mendapatkan kritikan dari beberapa orang.
"Saya sangat kecewa. Saya sangat berharap dengan standar estetika Museum Istana. Lampu LED tidak cocok dengan suasana keanggunan Kota Terlarang," kata seseorang yag tidak disebutkan namanya.
Sumber lain berkomentar bahwa Kota Terlarang justru terlihat seperti diskotik dengan adanya lampu LED yang berwarna-warni.
"Acara LED terlalu norak. Apakah kaisar memiliki malam disko?" kata seseorang melalui Weibo.
Advertisement