Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti defisit perdagangan antara Indonesia-China yang cukup besar. Defisit perdagangan dengan China itu melemahkan perekonomian dalam negeri.
Oleh karenanya, lembaga menyerukan kepada pemerintah untuk menaruh perhatian lebih demi mengurangi defisit neraca perdagangan dengan negeri China.
Ekonom senior Indef Didik J Rachbini mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit transaksi berjalan negara sepanjang tahun lalu merupakan yang terburuk selama 20 tahun terakhir.
Baca Juga
Advertisement
"Kita baru mendengar dari BPS bahwa defisit neraca berjalan merupakan yang terbesar sepanjang sejarah 20 tahun terakhir ini. Ini apa artinya? sektor luar negeri kita lemah, kedodoran, kehilangan strategi ekonomi dan dagang," keluhnya, dikutip Jumat (22/2/2019).
Sebagai informasi, BPS pada tahun lalu mencatat, neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 terhitung defisit hingga USD 8,57 miliar.
Lebih lanjut, Didik mengatakan, faktor utama membengkaknya neraca perdagangan tahun lalu yakni lantaran Indonesia mengalami defisit besar dengan China. Oleh sebabnya, ia meminta agar hal ini menjadi perhatian dan strategi pemerintah ke depan.
"Jika tidak maka ekonomi Indonesia akan sangat lemah, nilai tukar rupiah akan rapuh dan kepastian bisnis tidak kuat. Ini merupakan isu penting yang terkait dengan nasib ekonomi Indonesia ke depan," imbuhnya.
"Saya melihat isu ekonomi politik Indonesia dengan China belum menjadi isu yang diangkat oleh calon presiden," dia menambahkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Langkah Amerika
Dia juga turut mengutip langkah Amerika Serikat yang memukul bendera perang setelah mengetahui Negeri Paman Sam menderita defisit perdagangan dengan China hingga sekitar USD 375 miliar.
Menurutnya, Pemerintah RI pun harus ikut bertindak agar perekonomian nasional ke depannya tidak terus melemah.
"Sekarang perang itu sedang berlansung dan mempengaruhi ekonomi global. Indonesia defisit dagang cuma nerimo saja, padahal ini melamahkan ekonomi ke depan," ujar dia.
Advertisement