Liputan6.com, Pyongyang - Pemerintah Korea Utara mengeluarkan seruan internasional untuk membantu memerangi kekurangan pangan di negaranya, setelah kekeringan dan banjir menyebabkan panen yang buruk.
Ancaman kelaparan juga disebut kian mengkhawatirkan dengan adanya tekanan sanksi PBB, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (22/2/2019).
Baca Juga
Advertisement
Pyongyang mengatakan kepada PBB bahwa mereka menghadapi kekurangan 1,4 juta ton dalam produksi pangan tahun ini, termasuk tanaman padi, gandum, kentang, dan kedelai.
PBB memperkirakan bahwa 10,3 juta orang --hampir setengah dari populasi Korea Utara-- sangat membutuhkan makanan saat ini, karena penurunan tajam dalam produksi pangan. Diperkirakan 40 persen masyarakat di negara tersebut kekurangan gizi.
"Pemerintah telah meminta bantuan dari organisasi kemanusiaan internasional yang hadir di negara itu, untuk mengatasi dampak dari situasi keamanan pangan," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
"Badan-badan PBB mengadakan pembicaraan dengan Pyongyang untuk mengambil tindakan dini guna memenuhi kebutuhan kemanusiaan," katanya.
Dalam sebuah memo kepada PBB, pemerintah Korea Utara meminta organisasi internasional "untuk segera menanggapi penanganan krisis pangan".
Simak video pilihan berikut:
Memotong Jatah Bantuan Harian untuk Warga
Disebutkan bahwa produksi pangan Korea Utara pada tahun lalu adalah 4,951 juta ton, turun 503.000 ton dari 2017.
PBB mengkonfirmasi angka-angka ini sebagai data resmi pemerintah Pyongyang yang diberikan pada akhir Januari lalu.
Korea Utara mengatakan akan mengimpor 200.000 ton makanan dan memproduksi sekitar 400.000 ton bibit tanaman.
Tetapi karena belum menemukan solusi tercepat untuk mengakomodirnya, maka pemerintah setempat memotong jatah bantuan pangan harian hingga 300 gram per orang, mulai Januari ini, dari sebelumnya sebesar 550 gram per kepala.
Rilis memo dua halaman tak bertanggal oleh misi Korea Utara ke PBB, dilakukan menjelang pertemuan puncak kedua antara Donald Trump dan Kim Jong-un, pada pekan depan di Vietnam.
Advertisement