Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri Twitter, Evan Williams, baru saja mengumumkan pengunduran dirinya dari perusahaan tersebut. Williams mundur dari jajaran dewan direksi setelah 12 tahun menjadi salah satu anggotanya.
Dikutip dari The Verge, Sabtu (23/2/2019), Williams secara resmi meninggalkan perusahaan pada akhir bulan ini. Dalam pengumumannya, dia mengaku sepanjang 13 tahun berada di Twitter merupakan masa yang menakjubkan.
Baca Juga
Advertisement
"Saya sangat beruntung bisa melayani dewan direksi Twitter selama 12 tahun. Itu merupakan masa-masa yang sangat menarik, mendidik, dan tidak jarang menantang," tulis Williams melalui akun Twitter-nya, @ev.
Usai pengumuman tersebut, Williams juga mengucapkan terima kasih untuk rekan sejawatnya yang sama-sama membangun Twitter, yakni Jack Dorsey dan Biz Stone.
Tak banyak informasi mengenai langkah Williams selanjutnya, tapi saat ini dirinya merupakan CEO dari platform Medium yang kini juga sedang digandrungi.
Untuk diketahui, Williams bersama dengan Dorsey dan Stone membangun Twitter pada 2007. Ketiganya membangun situs microblogging tersebut setelah berpisah dari proyek lain dari perusahaan podcast Odeo.
Pada 2008, William sempat menjadi CEO Twitter menggantikan Dorsey. Namun di 2010, dirinya digantikan oleh Dick Costolo yang kemudian lengser setelah Dorsey kembali ke perusahaan.
Twitter Pertimbangkan Fitur Klarifikasi
Terlepas dari pengumuman tersebut, CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan perusahaan tengah mempertimbangkan fitur "klarifikasi".
Hal ini merupakan respons atas permintaan fitur edit yang telah menjadi topik perbincangan sejak beberapa tahun terakhir.
Fitur ini, sebagaimana dikutip dari Mashable, Jumat (15/2/2019), memungkinkan pengguna untuk menambahkan konteks tambahan atas tweets lama.
Hal tersebut diungkapkan oleh Jack Dorsey saat menjadi pembicara di Goldman Sachs' Internet and Technology Conference di San Fransisco, Amerika Serikat.
"Salah satu konsep yang tengah kami pikirkan adalah klarifikasi. Itu (akan) seperti fitur retweet with comment, tetapi untuk menambahkan konteks dan warna atas apa yang mereka tulis di tweet atau yang mereka maksud," kata pria berusia 42 tahun tersebut.
Faktanya, penggunaan retweet with comment memang cukup sering digunakan pengguna untuk mengantisipasi salah tulis dan sebagainya.
Namun menurut Dorsey, kedua tweets tersebut (tweet asli dan retweet with comment) belum tentu memiliki eksposur yang sama dan opsi konteks tambahan memungkinkan kedua tweets itu terekspos secara sama.
Namun Dorsey menegaskan, fitur di Twitter ini masih sebatas dalam tahap pertimbangan perusahaan dan peluncuran fitur ini dinilai belum begitu mendesak.
Pun demikian, Dorsey menilai fitur ini dapat sangat bermanfaat bagi pengguna supaya bisa lebih nyaman di Twitter.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement