Bekraf Targetkan Jumlah Penonton Bioskop Capai 60 Juta pada 2019

Bekraf berupaya meningkatkan akses penonton terhadap film dengan mendorong peningkatan jumlah layar.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2019, 15:28 WIB
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf melakukan sesi wawancara dengan media di sela-sela penyelenggaraan World Conference on Creative Economic (WCCE), Rabu, 7 November 2018 (Liputan6.com/Happy Ferdian Syah Utomo)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Triawan Munaf, mengatakan pihaknya menargetkan jumlah penonton film di bioskop menembus 60 juta penonton pada 2019. Angka ini naik dari tahun realisasi sebelumnya sebanyak 52 juta penonton.

"Kita menargetkan secara tidak resmi jumlah penonton atau jumlah tiket yang terjual bisa mencapai 60 juta. Tahun kemarin 52 juta. Mudah-mudahan ini bisa tercapai," kata dia, dalam konferensi pers, di Kantor BEKRAF, Jakarta, Senin (25/2/2019).

Dia menuturkan, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan akses penonton terhadap film adalah dengan mendorong peningkatan jumlah layar. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 1.800 layar yang tersebar.

"Memang hari ini, layar yang ada masih di kota-kota besar, masih di mal-mal, yang kita harap ke depan lebih banyak mencapai para penonton film yang ada di kota-kota kecil yang selama ini susah mengakses film," ujar dia.

Oleh karena itu, pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan penyedia layanan video OTT (over-the-top), salah satunya Viu.

Menurut dia, kerja sama dengan penyedia layanan video OTT, memberikan beberapa keuntungan, di antaranya memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menonton film.

"Memang sekarang yang kita butuhkan adalah jumlah layar. Dan ini memang salah satunya terjawab dengan adanya OTT," ungkapnya.

"Kemarin kita juga launching satelit Nusantara I dan nanti Palapa ring akan tersebar, sehingga itu nanti akan memperbesar market dari OTT," ia menambahkan.

Triawan menuturkan, salah satu poin kerja sama dengan penyedia layanan OTT berkaitan dengan pendidikan untuk meningkatkan kapasitas pembuat film.

Dengan keberadaan Viu yang tidak hanya media juga badan yang ikut mengembangkan kemampuan sineas kita, perkembangan film kita bisa diikuti dengan perkembangan kualitas," kata dia.

Diharapkan ke depan, film Indonesia akan terus berkembang. Tidak saja dari segi jumlah layar dan kemudahan mengakses film bagi masyarakat, melainkan juga mendorong peningkatan pelaku industri perfilman yang berkualitas.

"Satu hal yang belum kami capai adalah jumlah pelaku pembuat film itu sendiri. Bagaimana mendidik mereka menjadi pembuat film yang andal. Karena sekarang ini, dengan perkembangan produksi film nasional yang cukup pesat dirasakan oleh para perusahaan film sulit untuk mendapatkan sineas, sutradara yang bagus, penulis cerita, bahkan aktor pun yang itu-itu saja," kata dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 


Jurus Bekraf Jadikan Film Karya Anak Bangsa Rajai Bioskop

Jangan lupa, datang ke pameran koleksi istana.

Sebelumnya, kesuksesan film Dilan 1990 di bioskop Tanah Air membuktikan bahwa industri perfilman Indonesia kini tengah kembali bergeliat. Hal itu membuat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus berupaya untuk mendorong subsektor tersebut berkembang.

Kepala Bekraf, Triawan Munaf, mengatakan penambahan jumlah layar bioskop adalah salah satu indikator untuk mendongkrak perputaran uang di ranah perfilman. Dia membuat komparasi bahwa penambahan layar dapat meningkatkan jumlah pengunjung bioskop, khususnya penonton film Tanah Air.

"Pada saat Bekraf baru berdiri tiga tahun lalu, layar bioskop hanya ada sekitar 1.100 layar, sekarang sudah 1.500 layar," ujar dia di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN), Jakarta, Senin, 26 Februari 2018.

"Itu selaras dengan jumlah penontonnya, di mana ketika 2015 ada sekitar 16 juta penonton film Indonesia. Jumlahnya naik jadi 34,5 juta pada 2016 dan akhir 2017 sudah mencapai 42 juta," Triawan menambahkan.

Lebih lanjut, Triawan memaparkan, dana dalam pembuatan film juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, Bekraf membuat program bernama Akatara, yakni wadah untuk mempertemukan investor dan pembuat film.

Pada tahun lalu, Akatara tercatat berhasil memberikan investasi kepada 20 persen pembuatan film dari jumlah total film yang ditawarkan.

Triawan menjelaskan, ada tiga sektor yang diunggulkan Bekraf pada tahun ini, yaitu kuliner, fesyen, dan kerajinan tangan. Terdapat pula tiga subsektor yang menjadi unggulan, yakni musik, film, serta aplikasi. Namun begitu, dia menilai bahwa sektor perfilman dalam negeri tetap terus akan tumbuh.

"Setelah film Dilan 1990, nanti film lain kayak Benyamin Biang Kerok dan Wiro Sableng bisa meledak juga. Diharapkan itu bisa memicu gairah perfilman Indonesia," pungkas Triawan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya