Liputan6.com, Jakarta Selama ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa kopi terkait dengan naiknya tekanan darah. Namun, ada fakta unik tentang bagaimana kafein dalam kopi bisa berpengaruh pada risiko terkena hipertensi.
"Dalam satu penelitian, trennya adalah U-Shape. Jadi kalau kurang sekali kopinya atau kurang dari satu cangkir dalam seminggu atau sehari tidak sampai satu cangkir, risiko terhadap tekanan darah rendah," kata pakar hipertensi dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin mengungkapkan beberapa waktu lalu di Jakarta ditulis Rabu (27/2/2019).
Advertisement
Namun, ketika Anda mengonsumsi satu cangkir dalam sehari, risiko tekanan darah malah tinggi. Di sisi lain, yang banyak menjadi bahan perdebatan, jika seseorang meminum kopi lebih dari satu cangkir dalam sehari, risikonya kembali menurun.
"Setelah diteliti, kopi selain mengandung kafein juga mengandung zat-zat aktif lainnya sebagai antioksidan. Jadi sebenarnya dalam penelitian ini, kalau mereka yang minum lebih dari dua cangkir mengapa dia menurunkan efek hipertensi, karena ada zat-zat lain yang justru bermanfaat," kata Paska menambahkan.
"Dalam dosis tinggi, ada zat di kopi yang membalikkan efek kafeinnya. Jadi sebenarnya yang menyebabkan tekanan darah tinggi pada kopi adalah kafeinnya," imbuh Paska.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Jumlah konsumsi yang direkomendasikan
Paska mengatakan, American Heart Association di 2017 merekomendasikan konsumsi kopi dalam sehari adalah tidak lebih dari 330 miligram. Angka ini setara dengan tiga cangkir.
Namun, jenis produk kopi yang disarankan untuk diminum adalah kopi yang murni. Paska mengatakan, dalam produk-produk kopi saat ini, banyak yang mencampurnya dengan bahan-bahan lain. Misalnya susu atau gula. Paska mengatakan, campuran-campuran semacam inilah yang sebenarnya tidak baik untuk tubuh.
"Apalagi susu tidak rendah lemak, terutama gula. Ini yang menjadi berbahaya jadi harus hati-hati," kata Paska menuturkan.
Dia menambahkan, untuk mengurangi risiko hipertensi sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup. Beberapa di antaranya adalah dengan memperbanyak aktivitas fisik, mengurangi konsumsi garam, dan juga menghindari makanan cepat saji yang mengandung monosodium glutamat atau MSG.
Advertisement