AS dan China Berdamai, Ekonomi Global Bakal Cerah?

Apakah berakhirnya Perang dagang AS dan China akan memperbaiki ekonomi global?

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 28 Feb 2019, 08:21 WIB
Perang Dagang China AS

Liputan6.com, New York - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China nampaknya akan sampai di ujung pertarungannya.

Namun dilansir pada laman CNBC, hal ini tidak akan menghentikan perlambatan ekonomi global. Donald Trump mengatakan di Twitternya bahwa ia akan menunda kenaikan tarif untuk barang-barang China yang awalnya direncanakan akan terjadi pada awal Maret.

Setelah pertemuannya yang terakhir pada Desember lalu, Trump akan merencanakan untuk kembali bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping pada pertemuan klub golfnya di Mar-a-Lago, Florida.

Pertemuan kali ini akan membahas tentang kesepakan jika kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan. Namun berdasarkan laporan yang ada, kedua negara tersebut telah merencanakan pertemuan puncak di akhir Maret.

Meskipun reaksi pasar Asia begitu positif dengan keputusan Trump, namun beberapa analis mengatakan, pelonggaran ketegangan ini tidak akan menghentikan perlambatan ekonomi global yang sudah terjadi.

 

 


Selanjutnya

Perang Dagang AS - China

Paul Kitney, Kepala Startegi Ekuitas Daiwa Capital Markets mengatakan, pelonggaran keputusan Trump mendapatkan dampak positif namun ternyata dampak negatif dari perang dagang ini tidak akan hilang begitu saja.

Hal ini di buktikan dengan data dari International Monetery Fund, angka pertumbuhan ekonomi global menurun dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen. Ini diakibatkan oleh melemahnya aktivitas impor dan eskpor yang ada di negara ekonomi utama yaitu AS, China, Jepang dan Jerman akibat perang dagang.

Selain itu, Sadiq Currimbhoy, Ahli Strategi Global dan Kepala pPenelitian di Maybank Kim Eng mengatakan, penurunan ekonomi global ini justru akan semakin memburuk hingga kuartal berikutnya.

Yang membuat para analis begitu pesimistis jika AS dan China damai akan memperbaiki perekonomian global karena inti permasalahan mengenai penetapan tarif tambahan barang yang belum menemui titik tepatnya, sehingga mereka lebih untuk tidak mendukung kedua negara tersebut untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya