Liputan6.com, Moskow - Uni Soviet meluncurkan Kosmos 482 pada 31 Maret 1972, sebuah wahana pengeksplor planet Venus. Tetapi pesawat ruang angkasa ini mengalami kerusakan, membawanya menuju ke awan terselubung dan terjebak di orbit Bumi.
Sebagian besar probe yang gagal itu masih berada di orbit planet ini, sampai sekarang, sebagai sampah antariksa. Namun para ahli mengungkapkan bahwa puing-puing Kosmos 482 akan segera menyentuh atmosfer Bumi dan jatuh di daratan.
Kosmos 482 adalah "saudara" dari Venera 8, yang diluncurkan ke Venus pada 27 Maret 1972. Empat bulan setelahnya, satelit ini menjadi wahana kedua yang berhasil mendarat di permukaan Venus --setelah Venera 7 yang diluncurkan pada Agustus 1970 dan membuat pendaratan Venus pertama yang sukses pada 15 Desember di tahun yang sama.
Baca Juga
Advertisement
Venera 8 mengirimkan data dari permukaan Venus ke Bumi selama 50 menit dan 11 detik, sebelum akhirnya hancur lebur dan meleleh lantaran atmosfer Venus yang didominasi oleh karbon dioksida dengan awan asam sulfat. Demikian kata Don Mitchell, yang mempelajari sejarah ruang angkasa Uni Soviet.
Udara di planet kedua terdekat dengan mentari ini begitu tebal dan panas, sehingga tidak ada manusia yang bisa bernapas di sana.
Menurut NASA, atmosfer karbon dioksida tebal di Venus membekap panas di dalam efek rumah kaca yang tak terkendali, sehingga menjadikannya planet terpanas di tata surya. Suhu permukaan di Venus bahkan cukup panas untuk melelehkan timbal, seperti bahan pembuat Venera 8.
Tapi Cosmos 482 terdampar di orbit Bumi. Beberapa perangkat keras dari wahana yang gagal itu --kerangka pengisi bahan bakar dan alat berat-- jatuh ke atmosfer Bumi dalam waktu yang agak singkat.
Masih terpaut di sekitar Bumi dan membuat satu putaran setiap 112 menit, adalah dua bukti yang tidak dapat "dibaca" oleh para ilmuwan dari Kosmos 482 ketika hendak memasuki Bumi. Sedangkan massa dari misi pendaratan Venus tersebut adalah 495 kilogram dan membawa serta perlindungan termal yang signifikan.
"Ya, wahana itu akan selamat ketika sampai Bumi tanpa masalah apa pun," ujar pengamat satelit Thomas Dorman dari komunitas timur laut Oklahoma, Zeb. Demikian seperti dikutip dari Live Science, Selasa (26/2/2019).
Seperti Dorman, astrofotografer veteran Ralf Vandebergh dari Belanda telah mengamati wahana tersebut untuk sementara waktu, selama delapan tahun terakhir. Ia mengatakan kepada situs Space.com bahwa ia telah melakukan penilaian baru terhadap Kosmos 482.
"Kesimpulan awal saya untuk Kosmos 482, yakni mengamati menggunakan teleskop bukaan 10 inci melalui lintasan yang bervariasi, melihat sudutnya, mengiluminasi sudut itu dan mengkondisikan pengamatan. Tampaknya, Kosmos 482 berbentuk memanjang dengan variasi kecerahan yang kuat," ujar Vandebergh.
Sementara itu, Dorman baru-baru ini mengaku bahwa dirinya menangkap gambar Kosmos 482 dengan peralatan pengamat pribadinya. Foto tersebut, menurutnya, menunjukkan bentuk wahana penjelajah Venus yang melebar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kapan Kembali ke Bumi?
"Dugaan kami mungkin sebanyak 40 hingga 50 persen dari misi ruang angkasa tersebut masih ada di atas sana," Dorman mengatakan kepada Space.com. "Sangat menarik untuk dicatat bahwa puncak orbitnya perlahan mulai membusuk. Saya menduga kembalinya Kosmos 482 ke Bumi adalah pada akhir tahun ini hingga pertengahan tahun depan."
Tetapi, ada masalah lain yang harus diperhitungkan oleh para periset, yakni tidak ada seorang pun yang bisa memperkirakan aktivitas matahari pada tahun mendatang, yang dapat mempengaruhi waktu pembusukan Kosmos 482.
Dorman menambahkan, Kosmos 482 berada dalam orbit yang mengayunkannya keluar dari Bumi lebih dari 1.700 mil (2.735 km) jauhnya, tetapi titik rendah, perigee orbit, hanya 125 mil (200 km) di atas Bumi.
"Mencoba mempelajari Kosmos 482 dan apa yang tersisa dari pesawat ruang angkasa itu seperti berusaha untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan tentang bangkai kapal yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, di bawah kondisi pencahayaan yang terus berubah dari permukaan samudra ... samudra ini memiliki kedalaman ratusan mil," jelasnya.
Advertisement