Liputan6.com, Caracas - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh pemerintah Amerika Serikat (AS) sengaja campur tangan memperkeruh suasana negara itu, untuk memulai perang di negara kaya minyak itu.
"Segala sesuatu yang telah dilakukan pemerintah AS telah menemui kegagalan," kata Maduro dalam wawancara dengan kantor berita ABC News di istana kepresidenan di Caracas, Senin 25 Februari 2019.
Dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (26/2/2019), Maduro juga menuduh AS sengaja mengarang krisis untuk membenarkan eskalasi politik dan intervensi militer di Venezuela, "sehingga perang mungkin tercipta".
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, di hari yang sama, Wakil Presiden AS Mike Pence mengumumkan bantuan senilai US$ 56 juta (setara Rp 783 miliar) untuk masyarakat Venezuela, melalui pemimpin oposisi yang diakui sebagai presiden sah, Juan Guaido.
Sanksi AS yang lebih keras ketika ia bergabung dalam pertemuan Grup Lima negara-negara Amerika Latin plus Kanada yang juga dihadiri oleh pemimpin oposisi Juan Guaido.
Di sela-sela penyelenggaraan KTT Lima Group di Bogota, yang diikuti oleh negara-negara Amerika Latin dan Kanada, Pence juga menyatakan bahwa AS memperbesar tekanan sanksi yang dijatuhkan kepada Venezuela.
AS bergabung dengan sekitar 50 negara lain di dunia, yang mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
Simak video pilihan berikut:
Menginginkan Perang Atas Minyak
Di lain pihak, Nicolas Maduro mengecam pembicaraan di Bogota itu sebagai "politik untuk mencoba membentuk pemerintahan paralel di Venezuela".
Washington, katanya, "menginginkan minyak Venezuela" dan "bersedia berperang untuk mendapatkannya".
"Pemerintahan ekstremis Ku Klux Klan yang disutradarai Donald Trump menginginkan perang atas minyak, dan lebih dari sekadar minyak," kata Maduro, menggambarkan Venezuela sebagai "negara yang rendah hati".
Tetapi, Maduro juga mengatakan dia siap untuk berpartisipasi dalam "dialog langsung" dengan pemerintahan Trump.
Ditanya apakah dia akan mengizinkan Guaido kembali ke negara itu, Maduro mengatakan: "Dia harus menghormati hukum."
Guaido "dapat pergi dan kembali dan harus melihat wajah keadilan, karena keadilan melarangnya meninggalkan negara".
Advertisement