Pariwisata Lombok Belum Pulih, Gubernur NTB Minta Lion Group Turunkan Harga

Pemilik Lion Group mengajukan syarat kepada Gubernur NTB untuk bisa menurunkan harga tiket pesawat demi memulihkan pariwisata Lombok.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 26 Feb 2019, 20:00 WIB
Pesawat Lion Air yang jatuh regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8 jatuh di Kawarang. (Humas Lion Air)

Mataram - Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah meminta Lion Group membantu memperbanyak frekuensi dan rute penerbangan dari dan menuju Lombok, sekaligus menurunkan harga tiket penerbangan untuk membantu mempercepat pemulihan pariwisata di provinsi itu pascagempa.

"Harga tiket yang mahal ini jelas memukul upaya pariwisata NTB untuk bangkit dari keterpurukan pascagempa. Begitu juga makin berkurangnya 'direct flight' ke Lombok," kata Zulkieflimansyah dalam keterangan tert, dilansir Antara di Mataram, Selasa (26/2/2019).

Dia berharap Lion Group bisa membantu NTB dengan memperbanyak penerbangan langsung dari luar negeri atau dalam negeri ke Lombok. Harapan itu disampaikannya ketika bertemu dengan pemilik Lion Group Rusdi Kirana di Kedutaan Besar Indonesia untuk Malaysia, Senin, 25 Februari 2019.

Ia ditemani istri Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah dan sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi NTB. Atas permintaan itu, Rusdi menyatakan ada penyesuaian yang dilakukan manajemen dan berdampak pada harga tiket.

Dia mengungkapkan selama ini maskapai Lion Group beroperasi 11 jam per harinya, sebagai salah satu strategi mengejar tiket murah. Namun, hal itu menyebabkan jadwal tidak on time akhirnya publik protes.

"Lion sering 'diomelin' karena telat atau delay melulu. Nah sekarang jadi 7 jam beroperasi, supaya bisa tepat waktu. Tapi konsekuensinya, tiket nggak lagi bisa murah," jelas Rusdi.

Karena itu, menurutnya butuh kerja sama yang baik dan terpadu antara maskapai dengan pemerintah daerah dan juga PT Angkasa Pura sebagai pengelola bandara-bandara di berbagai wilayah.

Untuk mengakomodir kebutuhan seperti yang diungkapkan Gubernur NTB, Rusdi meminta adanya subsidi atau insentif kebijakan dari Pemda setempat. Misalnya, Pemda menyediakan lahan untuk dijadikan tempat parkir atau hanggar tambahan bagi pesawat sehingga mengurangi anggaran maskapai.

Terkait hal itu, Gubernur Zulkieflimansyah menyatakan bakal mempertimbangkan masukan dari pemilik Lion Group tersebut. Keberadaan bandara lama Selaparang di Mataram yang bisa digunakan sebagai hanggar atau lahan parkir pesawat, bisa menjadi salah satu solusi alternatif untuk memberikan insentif kebijakan pada maskapai.

Karena itu, gubernur berharap relasi simbiosis mutualisme itu bisa berdampak pada penurunan harga tiket dan juga memperbanyak frekuensi penerbangan dari dan ke Lombok, termasuk rute-rute "direct flight".


Banyak yang Gulung Tikar

Gili Nanggu di Lombok Barat (Sumber: dispar.lombokbaratkab)

Sebelumnya, pemilik de la Sirra Cafe and Resto sekaligus Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Mataram (IKA Unram), Sirra Prayuna, di Mataram, Jumat, 22 Februari 2019, mengatakan, hingga Februari 2019 atau setelah lebih 6 bulan pasca gempa tersebut, banyak pelaku usaha yang gulung tikar. Mereka tidak mampu menutupi biaya operasional hingga menggaji para pegawai.

Ia menambahkan, bila dilihat di berbagai wilayah di NTB, sangat nyata terjadi penurunan jumlah kedatangan dan keberadaan wisatawan mancanegara maupun domestik. Akibatnya, secara ekonomi sekarang tidak bergerak, stagnan, dan bahkan cenderung turun.

"Harapan kita bagaimana pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa mendorong percepatan giat pariwisata ini melalui promo-promo baik di mancanegara maupun tingkat nasional. Agar hidup lagi pariwisata di NTB ini," kata Sirra.

Ia mengatakan, hingga saat ini para pelaku usaha termasuk kafe dan resto yang dimiliki Sirra menurun secara drastis baik dari sisi pengunjung maupun pendapatan. "Masih bagus ada beberapa pelaku usaha yang terus coba bertahan dan tetap membuka usahanya dengan menyasar wisatawan domestik NTB maupun dengan adanya acara pemerintah daerah," katanya.

Sirra memaparkan, pariwisata NTB unik dibandingkan dengan daerah lain karena mempersatukan pariwisata, agama, budaya, dan tradisi masyarakatnya. OPihaknya menyarankan promosi pariwisata ideal bila ditujukan kepada calon wisatawan di kawasan ASEAN khususnya Singapura dan Malaysia, Australia dan Oseania, Jepang, China, hingga kawasan Timur Tengah, dan Eropa.

Sementara promosi untuk domestik idealnya dilakukan lebih gencar di Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. "Kementerian Pariwisata juga mesti mendukung, mendorong, dan mempromosikan event-event besar yang ada di NTB ini. Agar pariwisata NTB bangkit kembali," ungkapnya.

Kementerian Pariwisata, tutur Sirra, perlu juga bersinergi dengan kementerian/lembaga lain untuk menjadikan Lombok maupun NTB sebagai destinasi dan tempat pelaksanaan rapat-rapat tingkat nasional. Bahkan, juga perlu menyelenggarakan rapat maupun agenda tingkat internasional serta mendorong negara-negara lain melaksanakan kegiatan di wilayah NTB.

Kemenpar dan juga Pemprov NTB harus juga disarankannya untuk lebih menyasar pasar milenial dengan promosi digital guna menggaet wisatawan millenial baik mancanegara maupun nasional.

"Pemerintah Provinsi NTB juga bisa berkerja sama dengan pemerintah daerah-pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata lain untuk menjadikan NTB sebagai destinasi. Termasuk menggandeng Dinas Pendidikan daerah lain untuk misalnya liburan anak sekolah khususnya tingkat SMA," paparnya.

Selain itu, pemerintah pusat termasuk Kemenpar dan Pemprov NTB perlu melakukan kerja sama intensif dengan negara-negara dan maskapai untuk penerbangan langsung (direct flight) dari negara asal ke Lombok.

"Jadi wisatawan harus diupayakan untuk memilih kembali berwisata ke Lombok. Tentu didukung dengan kemudahan penerbangan yang harganya cukup terjangkau. Juga perlu penerbangan langsung ke Lombok," kata Sirra.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya