Harga Paladium Sentuh Level Tertinggi, Emas Justru Tertekan

Tekanan terhadap harga emas terjadi setelah Gubernur Bank Sentra AS jerome Powell menyatakan bahwa mereka akan terus bersabar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 27 Feb 2019, 06:45 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga paladium tembus level USD 1.550 per ounce untuk pertama kalinya pada perdagangan Selasa karena adanya defisit pasokan. Sementara harga emas tertekan atau turun setelah Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakann bahwa mereka akan bersabar untuk menaikkan suku bunga.

Mengutip CNBC, Rabu (27/2/2019), harga paladium di pasar spot melonjak ke USD 1.565,09 per ounce pada perdagangan Senin dan masih di kisaran USD 1.559,50 per ounce pada perdagangan Selasa.

"Harga paladium naik karena fakta bahwa ada 15 perusahaan pertambangan di Afrika Selatan yang bisa mogok minggu ini," jelas Bob Haberkorn, analis senior RJO Futures.

Berita yang menyatakan bahwa karyawan perusahaan pertambangan Afrika Selatan akan melakukan pemogokan pada minggu depan memperburuk kekhawatiran pasokan di pasar yang sudah ketat.

Produsen paladium terbesar di dunia, Norilsk Nickel, mengatakan regulasi emisi yang ketat di semua pasar utama dan pasokan primer tak ada penambahan akan memperluas defisit paladium di 2019.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Harga Emas

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sedangkan untuk emas di pasar spot stabil di USD 1.326,75 per ounce dan harga emas berjangka AS berada di posisi USD 1 lebih rendah pada USD 1.328,50 per ounce.

Tekanan terhadap harga emas tersebut terjadi setelah Gubernur Bank Sentra AS jerome Powell menyatakan bahwa mereka akan terus bersabar untuk rencana menaikkan suku bunga acuan.

Bank Sentral AS akan melihat dahulu secara seksama data-data ekonomi yang mendukung. Semua data harus sesuai dengan target agar bisa menaikkan suku bunga sesuai dengan rencana.

"Di sisi lain data perumahan AS sedikit mengkhawatirkan, itu membuktikan bahwa Bank Sentral AS mungkin telah terlalu dalam mengambil mengetatan moneter," kata Phil Streible, analis komoditas senior di RJO Futures, Chicago, AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya