Liputan6.com, Antarktika - Gunung es berukuran kira-kira dua kali New York, diperkirakan oleh para ilmuwan akan melepaskan diri dari lapisan es Antarktika. Ini merupakan akibat dari keretakan yang menyebar dengan cepat, yang selama ini dipantau oleh NASA.
Celah di sepanjang gletser Brunt di Antarktika pertama kali muncul pada Oktober 2016, menurut NASA. Retakan tersebut kemudian menyebar ke timur, yang lalu dikenal sebagai celah Halloween.
Advertisement
Mulanya, retakan ini disinyalir akan berhadapan dengan celah lain yang tampak stabil selama 35 tahun terakhir, tetapi sekarang, Halloween berakselerasi ke utara dengan kecepatan sekitar 2,5 mil setahun.
Setelah dua celah ini bertemu, yang bisa terjadi dalam beberapa pekan, sebuah gunung es setinggi kira-kira 660 mil persegi diprediksi siap lepas dari daratan yang menopangnya.
Proses ini terjadi secara alami bersamaan dengan gletser, tetapi adanya perubahan iklim akhir-akhir ini tidak dapat "membaca" seperti apa peristiwa tersebut terjadi nantinya. Selain itu, pemanasan global juga dapat menyebabkan destabilisasi gletser Brunt, NASA memperingatkan.
"Kemungkinan, hilangnya es seperti celah Halloween menunjukkan bahwa lebih banyak ketidakstabilan yang mungkin bakal terjadi di waktu mendatang," kata Chris Shuman, ahli glasiologi NASA dan University of Maryland Baltimore County, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (27/2/2019).
Pada Juli 2017, salah satu pecahan gletser terbesar yang pernah ada adalah gletser "Larsen C" yang luasnya mencapai 2.200 mil persegi, hampir dua kali ukuran negara bagian Delaware, Amerika Serikat.
Masa depan dari lapisan-lapisan es Antarktika akan memiliki pengaruh besar pada kenaikan permukaan laut di seluruh dunia. Sebuah laporan yang dirilis oleh para ilmuwan AS dan Inggris pada tahun lalu menyatakan, es di benua Kutub Selatan ini mencair dengan kecepatan yang memecahkan rekor, sehingga dianggap menjadi ancaman besar bagi kota-kota pesisir.
Studi ini menemukan bahwa pencairan lapisan es telah meningkat tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Kecuali jika tindakan drastis diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi pemanasan global, para ilmuwan memperkirakan bahwa es yang mencair di Antartika akan menambah lebih dari 25 cm total kenaikan permukaan laut global pada tahun 2070.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Rongga Seukuran Dua Per Tiga Manhattan Muncul di Bawah Antartika, Penyebabnya?
Dalam waktu beberapa dekade, Antarktika telah kehilangan triliunan ton es dengan pesat. Belum juga terpecahkan cara mengatasinya, kini sudah muncul misteri baru mengenai benua itu, yakni rongga raksasa yang tumbuh di bawah Antartika Barat.
Menurut para ilmuwan, rongga ini berukuran dua pertiga dari Manhattan, tingginya hampir 300 meter, dan terdeteksi berada di dasar Gletser Thwaites --sebuah massa es yang dijuluki gletser paling berbahaya di dunia.
Saking besarnya, rongga ini bahkan disebut mewakili perkiraan 252 miliar ton es Antarktika yang hilang setiap tahun.
Para peneliti menambahkan, rongga itu bahkan bisa menjadi tempat yang cukup masif untuk menampung sekitar 14 miliar ton es.
"Kami telah menduga selama bertahun-tahun bahwa Thwaites tidak melekat erat pada batuan dasar di bawahnya," kata glaciologist Eric Rignot dari University of California, sekaligus periset di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA.
"Berkat generasi satelit baru, kami akhirnya bisa melihat detailnya," lanjut Rignot, dikutip dari Science Alert, Jumat 1 Februari 2019.
Rignot dan rekan-rekannya menemukan rongga tersebut menggunakan radar penembus es, sebagai bagian dari Operasi IceBridge ala NASA. Mereka juga membubuhkan data tambahan yang dipasok oleh ilmuwan Jerman dan Prancis.
Menurut studi, rongga tersembunyi itu hanyalah dampak yang terjadi di antara "pola kompleks dan lelehan es" di Gletser Thwaites, bagian-bagian yang bergeser mundur sejauh 800 meter setiap tahun.
Pola kompleks yang diungkapkan oleh studi baru itu sempat membuat bingung para ilmuwan, sebab mereka harus mengetahui cara interaksi antara air dan es di lingkungan Antarktika yang dingin, namun mulai menghangat.
"Kami menemukan mekanisme berbeda untuk pergerakan mundur es," kata ilmuwan radar JPL NASA, Pietro Milillo.
Saat para peneliti masih mempelajari hal-hal baru tentang pola rumit es ketika mencair di Gletser Thwaite, mereka mengemukakan bahwa pada dasarnya, rongga raksasa tersebut mewakili aktualitas ilmiah yang sederhana.
"Ukuran rongga di bawah gletser memainkan peran penting dalam proses pencairan. Semakin banyak panas dan air yang masuk ke bawah gletser, maka es akan mencair lebih cepat," ucap Milillo.
Fakta tersebut penting untuk diketahui oleh para periset di dunia, karena Gletser Thwaites saat ini menyumbang sekitar 4 persen dari kenaikan permukaan laut global.
Jika Thwaites sepenuhnya menghilang, maka es yang berada di sana dapat menaikkan permukaan laut global sekitar 65 cm.
Advertisement