Liputan6.com, Mogasdishu: Seorang penerjemah yang bekerja dengan kedutaan Turki di ibu kota Somalia, Mogadishu, ditembak mati. Pria bernama Yusuf Sheikh Hussein Ibrahim itu menjadi sasaran tembak seorang pria bersenjata tak dikenal pada Kamis kemarin, di persimpangan utama yang dikenal dengan sebutan K4 dan tewas seketika.
Laman Xinhua mewartakan pada Jumat (20/4), pria tak dikenal itu menyerang staf Kedutaan Turki. Dilaporkan, sang penerjemah terkena beberapa kali tembakan.
"Pria bersenjata itu melarikan diri dari tempat kejadian dan dikejar oleh polisi. Kami berharap dapat menangkap pelakunya dan akan dibawa ke pengadilan," kata Mohamed Abdiweli Arale, Kepala Keamanan Kedutaan kepada radio lokal Shabelle di Mogadishu.
Turki membuka kembali kedutaannya di Mogadishu pada awal tahun, setelah kunjungan pejabat tinggi Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan akhir tahun lalu. Ketika itu bencana kelaparan sedang melanda negara tersebut.
Selain itu, kabarnya Turki memiliki peran utama dalam memberikan bantuan proyek-proyek kemanusiaan dan pembangunan ke negara-negara perang di timur Afrika. Langkah ini disebut-sebut membuat marah kelompok radikal Al-Shabaab.
Mereka pun menuduh pemerintah Turki melakukan sekularisme ke negara itu. Sementara pemimpin Al-Qaidah yang terkait dengan gerakan Al-Shabaab baru-baru ini mengeluarkan pernyataan, mengenai peranan Turki yang berkembang di Somalia dan menyerukan penarikan dukungan bagi pemerintah Somalia.
Sejauh ini belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas pembunuhan staf Kedutaan Turki tersebut. Baik pemerintah Somalia maupun Kedutaan Turki hanya sekedar mengomentari insiden tersebut, namun belum dilakukan penyelidikan lebih lanjut.(TNT/ANS)
Laman Xinhua mewartakan pada Jumat (20/4), pria tak dikenal itu menyerang staf Kedutaan Turki. Dilaporkan, sang penerjemah terkena beberapa kali tembakan.
"Pria bersenjata itu melarikan diri dari tempat kejadian dan dikejar oleh polisi. Kami berharap dapat menangkap pelakunya dan akan dibawa ke pengadilan," kata Mohamed Abdiweli Arale, Kepala Keamanan Kedutaan kepada radio lokal Shabelle di Mogadishu.
Turki membuka kembali kedutaannya di Mogadishu pada awal tahun, setelah kunjungan pejabat tinggi Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan akhir tahun lalu. Ketika itu bencana kelaparan sedang melanda negara tersebut.
Selain itu, kabarnya Turki memiliki peran utama dalam memberikan bantuan proyek-proyek kemanusiaan dan pembangunan ke negara-negara perang di timur Afrika. Langkah ini disebut-sebut membuat marah kelompok radikal Al-Shabaab.
Mereka pun menuduh pemerintah Turki melakukan sekularisme ke negara itu. Sementara pemimpin Al-Qaidah yang terkait dengan gerakan Al-Shabaab baru-baru ini mengeluarkan pernyataan, mengenai peranan Turki yang berkembang di Somalia dan menyerukan penarikan dukungan bagi pemerintah Somalia.
Sejauh ini belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas pembunuhan staf Kedutaan Turki tersebut. Baik pemerintah Somalia maupun Kedutaan Turki hanya sekedar mengomentari insiden tersebut, namun belum dilakukan penyelidikan lebih lanjut.(TNT/ANS)