Seluruh Sektor Saham Menghijau Bawa IHSG Menguat

Sebanyak 63 saham menguat dan mengangkat IHSG.

oleh Nurmayanti diperbarui 01 Mar 2019, 09:15 WIB
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,33% atau 18,94 poin ke level 5.693,39, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan saham di hari ini. Bahkan seluruh sektor saham menghijau.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Jumat (1/3/2019), IHSG naik 25,27 poin atau 0,39 persen ke posisi 6.468,6. Indeks saham LQ45 juga naik 0,61 persen ke posisi 1.012,2. Seluruh indeks saham acuan menguat.

Sebanyak 63 saham menguat  dan mengangkat IHSG. Sementara 23 saham melemah dan 64 saham diam di tempat. Pada hari ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.472,4 dan terendah 6.468,6.

Total frekuensi perdagangan saham 1.836 kali dengan volume perdagangan saham 230,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 142 miliar.

Investor asing beli saham Rp 8,5 miliar di total pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.109. 

Seluruh sektor saham kompak menghijau. Sektor saham aneka industri naik 0,83 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konsumsi naik 0,63 persen dan sektor saham manufaktur menguat 0,62 persen.

Adapun saham yang mampu menguat, antara lain milik JKSW naik 16,13 persen ke posisi 72 per saham, saham MPOW melonjak 9,7 persen ke posisi 13 per saham, dan saham ICON naik 6,06 persen ke posisi 105 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham BTEK merosot 13,21 persen ke posisi 138 per saham, saham BDMN tergelincir 4,69 persen ke posisi 4,69 per saham, dan saham DWGL terpangkas 3,23 persen ke posisi 90 per saham.

 


Penutupan Kemarin

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Aksi jual investor asing menekan laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (28/2/2019), IHSG merosot 82,33 poin atau 1,26 persen ke posisi 6.443,34. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,53 persen ke posisi 1.006,09. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Sebanyak 282 saham melemah sehingga menekan laju IHSG. 124 saham menguat belum mampu menahan pelemahan IHSG. 126 saham diam di tempat. Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.526,93 dan terendah 6.433,34.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 473.327 kali dengan volume perdagangan saham 14,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,7 triliun.

Investor asing jual saham Rp 1,25 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.065. 10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri turun 4,81 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 1,7 persen dan sektor saham tambang merosot 1,69 persen.

Di tengah tekanan IHSG, ada sejumlah saham yang mampu menguat. Saham-saham itu antara lain saham OCAP naik 24,58 persen ke posisi 294 per saham, saham HDFA melonjak 21,62 persen ke posisi 180 per saham, dan saham TOBA menanjak 7,84 persen ke posisi 1.720 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TINS merosot 13,29 persen ke posisi 1.370 per saham, saham CINT tergelincir 12,41 persen ke posisi 254 per saham, dan saham ARII terpangkas 6,59 persen ke posisi 850 per saham.

Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng merosot 0,43 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 1,76 persen, dan bukukan penurunan terbesar di Asia.

Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,79 persen, indeks saham Thailand melemah 0,56 persen, indeks saham Shanghai merosot 0,44 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 1,15 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah faktor pengaruhi IHSG. Pertama, minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Kedua, lesunya aktivitas manufaktur dan non-manufaktur di China yang ditandai dengan turunnya data indeks.

Ketiga, meredanya optimisme terhadap hubungan perdagangan AS dengan China akibat pernyataan dari ketua perwakilan dagang AS Robert Lighthizer.

Keempat, Belum tercapainya kesepakatan denuklirisasi di kawasan Semenanjung Korea pada perundingan tingkat tinggi antara AS dan Korea Utara di Vietnam. "Kelima krisis Kashmir menyebabkan para pelaku pasar memindahkan asetnya kepada instrumen yang bersifat safe haven seperti emas, yen, dan swiss franc," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya