Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered Plc, salah satu pemegang saham PT Bank Permata Tbk memberi sinyal untuk melepas saham PT Bank Permata Tbk. Standard Chartered ingin restrukturisasi operasinya di sejumlah negara termasuk Indonesia.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan pendapatan dan memberikan tingkat pengembalian menarik kepada investor.
Mengutip riset PT RHB Sekuritas Indonesia yang dirilis pada 27 Februari 2019, Standard Chartered kemungkinan melepas 45 persen kepemilikan saham di Bank Permata. Akan tetapi, hal tersebut belum dipaparkan jelas mengenai divestasi tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Laporan itu juga menyebutkan kalau pemegang saham PT Bank Permata Tbk lainnya yaitu PT Astra International Tbk (ASII) mungkin melepas saham PT Bank Permata Tbk.
Apalagi sebelumnya perseroan memutuskan untuk membeli kembali saham Astra Sedaya Finance sekitar 25 persen dari Permata pada 2018. PT Bank Permata Tbk (BNLI) menjual saham PT Astra Sedaya Finance 237.609.990 saham kepada PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Sedaya Multi Investama pada 25 Mei 2018.
Jumlah saham itu setara 25 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor PT Astra Sedaya Finance. Nilai transaksi penjualan saham sebesar Rp 2,80 triliun.
Penjualan saham tersebut antara lain 178.207.492 saham senilai Rp 2,10 triliun kepada PT Astra International Tbk. Kemudian sebesar 59.402.498 senilai Rp 700,60 miliar pada PT Sedaya Multi Investama
"Kami pikir Astra International juga berpotensi menjual saham Bank Permata Tbk, terutama usai kembali beli saham Astra Sedaya Finance sebesar 25 persen dari Permata," tulis laporan tersebut, seperti dikutip Jumat (1/3/2019).
Berdasarkan data RTI, 31 Januari 2019, kepemilikan saham Bank Permata antara lain Standard Chartered Bank sebesar 44,56 persen, PT Astra International Tbk sebesar 44,56 persen dan publik sebesar 10,88 persen.
RHB Sekuritas menilai, PT Astra International Tbk lebih memiliki sinergi untuk entitas usaha di multifinance ketimbang Bank Permata untuk mendukung usaha otomotifnya.
Sementara itu, Head of Investor Relations Tbk PT Astra International Tbk, Tira Ardianti menuturkan, pihaknya tidak mengomentari mengenai spekulasi soal Bank Permata.
Pihaknya memastikan kalau kondisi kinerja Bank Permata sehat dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dapat turun dan prospek bisnis yang baik.
"Dalam kaitannya dengan struktur bisnis dan investasi kami, tidak hanya soal investasi kami di Permata tapi grup secara keseluruhan, kami selalu memonitor dan mengkaji apa yang terbaik bagi kepentingan jangka panjang para pemegang saham kami dan pemangku kepentingan lainnya," ujar dia saat dihubungi lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.
Ia menuturkan, saat ini yang terpenting kinerja PT Bank Permata Tbk baik. Hal ini juga mendorong kontribusi lini jasa keuangan PT Astra International Tbk pada 2018.
"Saat ini yang terpenting Permata sehat. Alhamdullilah lihat kinerjanya tahun lalu baik. Itu juga salah satu yang mendorong kontribusi lini jasa keuangan Astra meningkat pada 2018," tutur dia.
Pergerakan Saham Bank Permata
Pada penutupan perdagangan saham Jumat 1 Maret 2019, saham PT Bank Permata Tbk naik 7,04 persen ke posisi Rp 1.140 per saham. Saham Bank Permata sempat berada di level tertinggi 1.145 dan terendah 1.060 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.203 kali dengan nilai transaksi Rp 118,5 miliar.
Sepanjang tahun berjalan 2019, saham PT Bank Permata Tbk sudah meroket 82,40 persen ke posisi 1.140 per saham. Pada tahun berjalan 2019, saham Bank Permata di posisi tertinggi 1.280 per saham dan terendah 595 per saham.
Volume perdagangan saham 4,94 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,9 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 152.799 kali.
Kontribusi Bisnis Jasa Keuangan Astra
Mengutip laporan keuangan, laba bersih bisnis jasa keuangan grup Astra naik 28 persen menjadi Rp 4,8 triliun dengan dikontribusikan dari bisnis pembiayaan konsumen, bank dan asuransi umum.
Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan mobil meningkat 26 persen menjadi Rp 1,2 triliun disebabkan provisi kerugian pinjaman yang lebih rendah dan naiknya kepemilikan saham grup di PT Astra Sedaya Finance.
Kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance yang fokus pada pembiayaan sepeda motor meningkat 16 persen menjadi Rp 2,3 triliun yang mencerminkan portofolio pembiayaan meningkat.
Secara keseluruhan bisnis pembiayaan konsumen grup turun nilai pembiayaan sebesar satu persen menjadi Rp 81 triliun terutama akibat turunnya pembiayaan pada segmen mobil low cost.
Kontribusi laba bersih dari unit usaha pembiayaan alat berat grup naik sebesar 30 persen menjadi Rp 86 miliar, sebagian dikarenakan penurunan provisi kerugian pembiayaan. Total pembiayaan turun 12 persen menjadi Rp 5,2 triliun, terutama disebabkan berkurangnya jumlah pinjaman kepada perusahaan skala kecil dan menengah.
PT Bank Permata Tbk (Bank Permata), yang 44,6 persen sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp 901 miliar dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 748 miliar pada 2017.
Kinerja itu disebabkan meningkatnya keuntungan bunga bersih dan pemulihan rasio kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) sebesar 4,4 persen pada akhir tahun 2018 dibandingkan 4,6 persen pada akhir tahun 2017.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah bersih (net NPL) stabil sebesar 1,7 persen.
PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra), perusahaan asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 4 persen menjadi Rp 1,0 triliun, terutama disebabkan peningkatan keuntungan investasi.
Sepanjang 2018, perusahaan patungan asuransi jiwa Grup, PT Astra Aviva Life (Astra Life) menambah lebih dari 339.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan dan lebih dari 713.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement