Misbakhun Kritisi Rekomendasi AHY untuk Presiden Mendatang

Misbakhun menduga orasi politik AHY mencerminkan kegelisahan Demokrat sebagai pengusung Prabowo - Sandi.

oleh Andrie Harianto diperbarui 02 Mar 2019, 15:46 WIB
Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun membagi ilmunya kepada para calon anggota legislatif dari Golkar di Pasuruan. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Politikus Partai Golkar Mukhamad Misbakhun mengkritisi orasi politik Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat (Kogasma PD) Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY yang berisi rekomendasi untuk presiden mendatang.

Influencer Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin itu menilai, AHY yang belum terlalu berpengalaman di dunia politik terkesan menggurui dalam pidatonya.

"Rekomendasi yang disampaikan AHY untuk presiden mendatang rasanya terlalu prematur, mengingat kontestasi pemilihan presiden saat ini sedang berlangsung,” ujar Misbakhun dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/3/2019).

Legislator Golkar itu juga mengaku heran karena AHY menyampaikan pidato berisi rekomendasi bagi capres-capwapres yang akan terpilih nanti. Harusnya, sebagai partai pengususng Prabowo Sandiaga, AHY menyampaikan rekomendasi politiknya hanya kepada capres-cawapres nomor urut 02 itu.

"Akan lebih elok jika rekomendasi dari anggota koalisi partai pendukung diberikan kepada Prabowo-Sandi. Masukkan rekomendasi AHY itu sebagai bagian dari program-program kerja dalam kampanye bersama," cetus Misbakhun.

Lebih lanjut Misbakhun menduga orasi politik AHY mencerminkan kegelisahan Demokrat sebagai pengusung Prabowo-Sandiaga Uno.

Dalam analisis Misbakhun, orasi AHY memunculkan kesan koalisi pengusung Prabowo - Sandi tak terlalu menggubris partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

"Demokrat pernah membawa AHY untuk menjadi cawapres ke partai-partai koalisi tetapi tidak bisa dicalonkan. Sekarang AHY muncul di panggung eksklusif, dan berpidato. Bisa jadi itu karena Partai Demokrat sudah tidak didengarkan oleh partai-partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi, sehingga memaksa membuat panggung sendiri," ulas Misbakhun.


Dianggap Memaksakan

Ketua Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyanyi bersama para pendukungnya di Djakarta Theater, Jakarta, Jumat (1/3) malam. Pidatonya mewakili Ketua Umum Partai Demokrat SBY karena masih di Singapura. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Misbakhun, isi pidato AHY malah menunjukkan Demokrat  tak punya solusi teknis atas berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia. 

“Di saat paslon capres dan cawapres sudah bicara biodiesel dan B20, bicara unicorn dan Palapa Ring sebagai infrastrukturnya, Partai Demokrat masih berkutat membicarakan masalah, bukan solusi” kata Misbakhun.

Lebih lanjut Misbakhun menyarankan AHY lebih sering bergaul dengan berbagai kalangan ketimbang tampil eksklusif di panggung.

Menurutnya, hal itu juga untuk menempa AHY agar bisa berjiwa besar alam menyikapi sebuah keputusan politik yang tak selalu menguntungkan putra sulung SBY itu ataupun PD.

"SBY terlalu memaksakan mendudukkan AHY sejajar dengan capres-cawapres yang ada saat ini. Mendudukkan AHY yang miskin pengalaman dan rekam jejak untuk merasa pantas menyampaikan rekomendasi kepada presiden yang akan datang, sama saja SBY meletakkan Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'aruf lebih rendah dari AHY,” ujar Misbakhun.

Sebelumnya, AHY menyampaikan pidato politiknya di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019) malam.

Dalam pidato berjudul 'Rekomendasi Partai Demokrat untuk Presiden Indonesia Mendatang', AHY menyampaikan sejumlah tantangan Indonesia dalam lima tahun ke depan. Selain itu, dia juga mengungkapkan tiga syarat untuk presiden terpilih periode 2019-2024 mendatang.

Ada tiga hal pokok yang ingin saya sampaikan, pertama, tantangan Indonesia 2019-2024 dalam perspektif dunia internasional dan nasional. Kedua, persoalan dan aspirasi rakyat, serta solusi, dan kebijakan yang ditawarkan Demokrat. Ketiga, ajakan Demokrat menyikapi perkembangan situasi sosial politik dewasa ini," ujar AHY dalam pidatonya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya