Kampung Kitiran, Wisata Mandiri Energi dan Ramah Lingkungan

Isu pemanfaatan energi terbarukan dan ramah lingkungan membuat matahari menjadi sumber energi yang menarik.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Mar 2019, 08:30 WIB
Taman Kitiran, Pagak, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Pradikta D untuk Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Beberapa tahun terakhir, pemanasan global dipadu pemanfaatan energi terbarukan nan ramah lingkungan mendengung. Pasalnya, kebutuhan energi yang semakin besar tak dibarengi dengan meluasnya energi kekal.

Untuk memproduksi listrik misalnya, umat manusia lebih bertumpu pada bahan bakar fosil yang tentu, semakin menggerus persediaan cadangan energi tak terbarukan pada masa depan. Perlu satu langkah untuk kemudian berlari mencapai swasembada energi terbarukan dari beragam sumber yang disediakan oleh alam.

Sebagai negara tropis, Indonesia diberkahi pancaran matahari 12 jam. Dan matahari merupakan sumber energi kekal. Sejak bermiliar tahun lalu, matahari menjadi penopang kehidupan alam semesta.

Isu pemanfaatan energi ramah lingkungan membuat matahari menjadi sumber energi yang menarik. Pun, dengan Kampung Kitiran, Desa Pagak, Banjarnegara.

Kawasan wisata yang bertekad mampu mandiri energi ini mulai memanfaatkan energi matahari untuk menopang kebutuhan listriknya. Satu langkah penting telah dimulai. Pemerintah Desa Pagak yang merupakan desa wisata bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) memulai langkah penting ini.

Minggu, 3 Maret 2019, Fakultas Teknik UMP memasang panel surya, sebagai bagian dari rencana jangka panjang Kampung Kitiran. Kompleks Perkampungan juga dipasangi lampu penerangan.

Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di areal wisata Desa Pagak ini merupakan salah satu program usulan pengelola Desa Wisata Pagak mengenai energi terbarukan yang kemudian ditindaklanjuti oleh Program Studi Teknik Elektro UMP.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Panel Surya, Langkah Kecil Menuju Mandiri Energi

Pemasangan panel surya di Kampung Kitiran, Pagak, Banjarneara. (Foto: Liputan6.com/Pradikta D untuk Muhamad Ridlo)

"Ini merupakan program pengembangan desa mitra oleh LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto," kata Kaprodi Teknik Elektro Dian Nova Kusuma Hardani.

Program pengembangan desa mitra ini bertujuan memecahkan beragam persoalan yang dihadapi masyarakat. Tak kalah penting, program ini juga bertujuan untuk mempermudah akses warga terhadap informasi dan ilmu pengetahuan.

"Karena usulan dari pengelola desa wisata pagak, ingin adanya edukasi dari adanya pemasangan panel surya ini, jadi kami pasang papan informasinya juga sebagai pengetahuan para pengunjung desa wisata pagak," dia mengungkapkan.

Dian mengemukakan, UMP mendukung pengembangan desa wisata, apalagi yang bertumpu kepada energi ramah lingkungan. Dukungan lainnya berupa pendampingan dan pelatihan agar masyarakat dapat mengelola desa wisata secara profesional.

Kepala Desa Pagak Sudarwo mengapresiasi UMP yang telah memulai mewujudkan impian Desa Wisata Pagak. Ke depan, ia berharap agar tak hanya fakultas teknik yang diturunkan.

Menurut dia, seluruh fakultas bakal memberi sumbangsih yang besar jika terlibat dalam program tersebut. "Tak hanya dari fakultas tekhnik saja ke depannya, semua fakultas diberikan ruang untuk berkreasi di Desa Pagak," dia menambahkan.

 


Roadmap Mandiri Energi pada 2032

Taman Kitiran, Pagak, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Pradikta D untuk Muhamad Ridlo)

Pengelola Kampung Kitiran Pradikta Dimas menerangkan, pemasangan panel surya ini dilengkapi dengan bagan yang dipasang sebagai edukasi. Pengunjung bakal mendapat pengetahuan, bagaimana panel menangkap energi surya, disimpan, lantas dimanfaakan untuk penerangan lampu dan energi lainnya.

Di tahap awal ini, Kampung Kitiran memang baru memanfaatkan energi surya, belum mengarah ke energi berikutnya angin, yang memang menjadi merek kampung wisata ini. Pada tahap berikutnya, Kampung Kitiran akan memanfaatkan energi listrik tenaga angin.

"Kita punya roadmap sampai 2032. Saat itu kita sudah mandiri energi," kata Pradikta.

Dia menerangkan, saat ini Kampung Kitiran telah dibuka untuk umum. Pengunjung cukup membayar tiket sebesar Rp 5.000 per orang.

Di tempat ini, wisatawan bisa pula menyewa sepeda tua untuk berkeliling area wisata, menikmati semerbak taman bunga, kincir-kincir angin, hingga wisata lumpur.

Pengunjung juga bisa memanfaatkan sejumlah pondok yang tersebar di beberapa titik. Ada pondok yang bisa menampung hingga 20-an orang untuk satu pertemuan besar, ada pula yang berupa dangau (gubuk) yang lebih privat dengan daya tampung lebih kecil.

Desa pagak dikenal sebagai sentra pertanian penghasil makanan pokok, komoditas sayuran dan buah-buahan. Pondok di tengah taman mengetengahkan suasana desa yang unik dengan hidangannya yang khas.

"Bisa untuk rapat kantor. Bisa juga untuk acara keluarga," dia menerangkan.

Tahap awal pembukaan, pada hari-hari biasa jumlah pengunjung berkisar 50-100 orang. Pada akhir pekan, kunjungan melonjak hingga 150 orang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya