Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Senin ini. Menurut analis, dengan sentimen yang ada seharusnya rupiah menguat.
Mengutip Bloomberg, Senin (4/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.137 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.120 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.115 per dolar AS hingga 14.155 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,83 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jidsor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.149 per dolar AS. Posisi rupiah di awal pekan ini melemah jika dibandingkan dengan Jumat lalu yang ada di angka 14.111 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pada hari ini rupiah justru diprediksi menguat.
"Setelah sebelumnya selama tiga hari berturut-turut rupiah melemah, mestinya rupiah ada potensi penguatan," ujar Lana.
Perkembangan terakhir pembicaraan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dikabarkan mendekati final, yang bisa mengakhiri ancaman pengenaan tarif 25 persen atas-barang-barang impor China ke AS senilai 200 miliar dolar AS.
Presiden Trump juga telah meminta China untuk segera mencabut tarif atas produk-produk pertanian AS.
Setelah sejak April 2018 lalu, isu perang dagang antara AS-China membuat ketidakpastian global. Bahkan badan dunia seperti IMF dan Bank Dunia memproyeksi turun pertumbuhan ekonomi global.
Menurut Lana, pasar menyambut positif potensi kesepakatan ini. Menurunnya ketidakpastian berpotensi membuat dolar AS melemah
"Rupiah diperkirakan menguat menuju kisaran antara 14.090 per dolar AS sampai dengan 14.120 per dolar AS," ujar Lana.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah mengalami tren penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir ini. Namun meskipun sudah mengalami penguatan, Bank Indonesia (BI) melihat bahwa level saat ini masih murah atau undervalued.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry pada Jumat 22 Februari 2019.
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.
BACA JUGA
"Jadi ke depan stabilitas rupiahakan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
Advertisement