Kebakaran Dahsyat Hanguskan Ratusan Rumah di Tanah Abang 4 Tahun Lalu

Api mulai mengamuk di kawasan Jati Bunder itu sejak pukul 17.00 WIB. Embusan angin yang kuat membuat sang jago merah semakin beringas. Kebakaran

oleh Muhammad Ali diperbarui 05 Mar 2019, 07:32 WIB
Warga berusaha memadamkan api yang membakar pemukiman penduduk di Tanah Abang, Jakarta, Senin (5/9). Sebanyak 25 unit pemadam kebakaran telah diterjunkan untuk memadamkan api yang membakar kawasan padat penduduk tersebut. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Ardi merintih meminta ampun. Warga yang tak kuasa menahan amarah tak mengindahkannya. Mereka tetap melayangkan bogemnya ke tubuh pria 20 tahun tersebut.

Warga geram lantaran Ardi mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia kedapatan menggondol televisi dan dompet milik korban kebakaran di Jalan Jati Bunder, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, 5 Maret 2015 lalu.

Dalam catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, api mulai mengamuk di kawasan Jati Bunder itu sejak pukul 17.00 WIB. Embusan angin yang kuat membuat sang jago merah semakin beringas. Kebakaran semakin meluas dan menghanguskan pemukiman lain.

Warga yang memiliki rumah di dekat titik api pun panik. Mereka berteriak-teriak sambil mencari-cari air untuk disiram ke belakang rumah mereka. Asap semakin mengepul, ditambah dengan hari yang sudah mulai gelap.

Untuk menjinakkan amukan sang jago merah, petugas pemadam kebakaran mengerahkan 25 mobil. Namun jumlah itu tidak tiba secara bersamaan lantaran terkendala arus lalu lintas di Tanah Abang yang macet parah.

"Sementara ini ada 25 damkar yang dikerahkan, 10 di antaranya sudah sampai di lokasi kebakaran sementara 15 lainnya masih dalam perjalanan karena terjebak macet," kata Staf Operator Damkar Jakarta Pusat Abdullah saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis 5 Maret 2019.

Untuk mempercepat proses pemadaman api, warga diberikan selang dari mobil damkar yang berada di lokasi. Mereka secara bersama-sama mengangkat selang yang panjangnya mencapai 500 meter untuk disemprotkan ke belakang rumah mereka, dekat lokasi kebakaran.

Namun upaya petugas dan warga belum juga berhasil setelah dua jam. Ini lantaran selang air dari mobil pemadam ternyata tak cukup untuk sampai ke pusat titik api.

"Karena ini masuk ke gang-gang," kata saksi, Narji di lokasi.

Setelah sekitar dua jam berjibaku, pemadam akhirnya berhasil menjinakkan titik-titik api besar sesaat setelah maghrib, sekitar pukul 18.30 WIB. Usai itu, petugas melakukn pendinginan sambil menyisir lokasi kebakaran hingga titik potensi kembali munculnya api. Api benar-benar padam pada pukul 23.00 WIB.

 


Korban Kebakaran

Warga berusaha memadamkan api yang membakar pemukiman penduduk di Tanah Abang, Jakarta, Senin (5/9). Sebanyak 25 unit pemadam kebakaran telah diterjunkan untuk memadamkan api yang membakar kawasan padat penduduk tersebut. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kebakaran yang melanda kawasan Tanah Abang telah menimbulkan banyak korban. Selain nyawa, hunian warga juga tak luput dari amukan jago merah.

Menurut Camat Tanah Abang Hidayatullah, jumlah korban kebakaran mencapai 1.261 kepala keluarga (KK). Data itu dikeluarkan sesaat setelah kejadian. Para korban ini menderita menderita kerugian, baik secara materi, luka ringan, maupun luka parah.

"Kalau total seluruh warga yang ada di dalam KK itu adalah 3.168 jiwa," kata Hidayatullah melalui keterangannya, Jumat 6 Maret 2015.

Api menghanguskan 284 rumah di dua RW Kelurahan Kebon Melati. Dua RW tersebut adalah RW 12 dan 14. 

"Di RW 12, warga yang terdampak ada 411 KK atau 1.016 jiwa. Sementara di RW 14, yang terdampak kebakaran ada 850 KK atau 2.152 jiwa," jelas dia.

Adapun wilayah-wilayah yang terkena kebakaran adalah RT 16 dan 19 untuk RW 12. Kemudian di RW 14, wilayah terdampak lebih banyak yakni RT 13, 14, 15, 16, 17, dan 18.

Sementara itu Wali Kota Jakarta Pusat, Mangara Pardede mengungkapkan pihaknya telah menyediakn enam tempat pengungsian di dekat lokasi kejadian.

"Tempat pengungsian ada di empat masjid, saya lupa masjid apa saja, terus di Pos RW 12 ini, dan sekolah SD 01 Kebon Melati di belakang pos RW. Sekolah pakai dua kelas," ujar Mangara.

Di pos RW 12, kata dia, juga didirikan tenda dari Dinas Sosial DKI Jakarta.

Selain korban materil, kebakaran dahsyat ini juga telah menelan korban jiwa. Satu orang meninggal dunia yang diketahui seorang laki-laki bernama Agung.

"Namanya Agung umurnya 18 tahun warga RT 14 RW 14," ujar Wakil Camat Tanah Abang Juremi saat dikonfirmasi detikcom, Jumat 6 Maret 2015.

Juremi mengatakan, identitas korban baru terungkap setelah seorang bapak mencari anaknya yang hilang. "Bapaknya baru datang dan langsung mau mengambil jenazah," ujar dia.

 


Ditawarkan Pindah ke Rusun

Warga mengumpulkan puing sisa kebakaran di Pasar Inpres Tanah Abang, Jakarta, Minggu (11/10/2015). Kebakaran yang terjadi pada Minggu (11/10) dini hari tersebut menghanguskan 136 kios (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengatakan, pemerintah siap merelokasi warga korban kebakaran ke rumah susun. Rencana ini akan dimusyawarahkan terlebih dulu kepada korban.

"Kita masih sedang meneliti kepemilikian lahan ini. Kalau warga sepakat, saya kira pemerintah akan siap bangun rusun. Kalau sepakat ya. Karena ini pemukimannya padat dan tidak teratur. Apalagi instalansi listriknya nggak standar," kata Mangara di lokasi kejadian, Jumat 6 Maret 2015.

Dia melanjutkan, saat ini pihaknya fokus pada penanganan bantuan kepada korban agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik.

"Melayani korban dulu. Biar mereka terjamin makannya. Anak-anak kita data. Supaya bisa segera bersekolah. Kita juga bangun tenda pengungsian di dua tempat. Di RW 14 dan pos RW 15," imbuh dia.

Bahkan tersiar kabar bahwa lokasi kebakaran akan dibangun rusunawa. Namun berita itu ditampik Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, mengatakan. Dia mengatakan belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkiat itu. Alasannya, perlu beberapa kajian untuk membangun rusunawa.

Penolakan juga disuarakan oleh warga setempat, Hasan. Pria berusia 51 tahun itu akan lebih memilih membangun kembali rumahnya ketimbang dibangunkan rusunawa.

“Warga menolak kalau mau dibangun rusunawa, ini warga di sini kan punya sertifikat tanah yang luasnya berbeda-beda, masalah penggantianya bisa tidak jelas. Selain itu, kalau mau dibangun rusunawa, sementara kami mau tinggal di mana,” kata dia.

Akhirnya, setelah sepekan berlalu, sebagian warga kini mulai bangkit. Rumah yang terbakar sedikit demi sedikit kembali dibangun. Mereka mengaku enggan meninggalkan tempat ini karena tidak tahu lagi harus pindah ke mana.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya