Liputan6.com, Jakarta Suhu udara yang dingin, kelembapan yang tinggi dan angin meningkatkan risiko seorang pelari terkena hipotermia. Seperti yang dialami oleh selebritas Zee Zee Shahab yang mengikuti Tokyo Marathon akhir pekan kemarin.
"Gejala hipotermia baisanya amat perlahan. Bahkan, beberapa orang yang terkena kemampuan fisik dan mentalnya menurun secara perlahan, sehingga banyak yang tidak sadar membutuhkan bantuan medis darurat," kata pakar kesehatan olahraga yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Medis NYC Marathon, Lewis G Maharam.
Advertisement
Gejala awal hipotermia diantaranya menggigil, sulit berbicara, kesulitan bernapas, koordinasi berkurang, lemas. Bila hipotermia sudah di level lebih tinggi biasanya diikuti dengan otot-otot lemas, koordinasi makin buruk, mati rasa, dan disorientasi.
Jika saat berlari mulai merasakan gejala di atas, segera mencari bantuan ke tim medis. Pada umumnya tim medis di ajang marathon sudah familiar cara menangangi hipotermia seperti disampaikan Lewis.
"Perawatan dan pengobatan hipotermia ringan perlu segera dilakukan karena dapat berkembang ke situasi yang lebih parah," kata Lewis seperti dilansir NY Daily News, Senin (4/3/2019).
Tindakan tim kesehatan
Tim kesehatan akan mengganti baju dengan yang kering lalu menyelimuti dengan selimut wol. Pastikan leher dan ketiak mendapatkan kehangata. Lalu, diberikan oleh air hangat.
"Jika partisipan kondisinya tidak segera membaik, harus bersiap untuk menuju ke rumah sakit," kata Lewis.
Tim medis juga dilarang memberi pijatan atau menggosok tubuh peserta dengan tujuan agar hangat.
"Tindakan ini hanya membuat gejala hipotermia makin memburuk, keseimbangan pH darah pun menurun," katanya.
Advertisement