Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Sabtu 2 Maret 2019 malam, bahwa Moskow siap ambil bagian dalam pembicaraan bilateral dengan Amerika Serikat (AS) mengenai krisis Venezuela.
Situasi di Venezuela adalah topik utama dalam pembicaraan telepon antara Lavrov dengan timpalannya di AS, Mike Pompeo, kata kementerian luar negeri Rusia di situs webnya, sebagaimana dikutip dari CNBC pada Senin (4/3/2019).
Baca Juga
Advertisement
"Sehubungan dengan proposal Washington untuk mengadakan konsultasi bilateral mengenai topik Venezuela, dinyatakan bahwa Rusia siap untuk berpartisipasi di dalamnya," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
"Sangat penting untuk dipandu secara ketat oleh prinsip-prinsip Piagam PBB, karena hanya rakyat Venezuela yang berhak menentukan masa depan mereka," lanjut pernyataan itu.
Rusia dan AS berselisih soal kampanye yang dipimpin Washington untuk pengakuan internasional terhadap Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela yang menyatakan dirinya sebagai kepala negara sementara, atas Presiden Nicholas Maduro.
Dalam sambungan telepon, yang diprakarsai oleh Amerika Serikat, Lavrov mengutuk ancaman yang dibuat Washington terhadap "kepemimpinan negara yang sah," kata kementerian itu, merujuk pada Maduro.
Awal bulan ini, AS memberlakukan sanksi baru terhadap enam pejabat keamanan Venezuela dan mencabut visa bagi puluhan rekanan dan keluarga mereka yang memiliki hubungan dengan Maduro, dalam langkah terbaru untuk memberi tekanan agar dia turun.
Lavrov dan Pompeo juga sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di tingkat internasional mengenai Suriah, Afghanistan dan semenanjung Korea.
Simak video pilihan berikut:
Putin Melindungi Pemerintahan Maduro?
Awal bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji mendukung Venezuela, yang ia sebut sebagai "mitra strategis" Moskow di Amerika Selatan, dan memperingatkan konsekuensi "bencana" jika Amerika Serikat mengirim bantuan militer kepada pemimpin oposisi atau 'presiden interim Venezuela' Juan Guaido.
Rusia juga menawarkan untuk menengahi antara pemerintahan "sah" Presiden Nicolas Maduro dan oposisi yang dipimpin 'presiden interim' Juan Guaido jika perlu, dengan mengatakan pihaknya siap bekerja sama dengan semua kekuatan politik yang bertindak secara bertanggungjawab.
Komitmen Putin menjadi salah satu dukungan terbesar yang diperoleh Nicolas Maduro, ketika Washington DC tengah mengintensifkan desakannya untuk menggulingkan lawan Guaido itu dari kekuasaannya, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataan Putin mengemuka setelah AS mengadakan sesi khusus di Dewan Keamanan PBB, akhir Januari lalu, yang berfokus pada krisis di Venezuela.
Rusia menggunakan sesi tersebut untuk memperingatkan terhadap intervensi asing di negara Amerika Latin dan menuduh AS berusaha melakukan "kudeta".
Tekad presiden Putin itu juga datang setelah muncul laporan bahwa Moskow menerbangkan tim tentara swasta untuk melindungi Maduro dan 'kepentingan' bisnis minyak Rusia di Venezuela, menurut laporan kantor berita Reuters --namun telah dibantah oleh Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Advertisement