Putus Hubungan dengan Traveloka, Bos Air Asia Klaim Tak Ganggu Penjualan Tiket

AirAsia resmi menarik seluruh penjualan tiketnya dari Traveloka mulai 4 Maret 2019.

oleh Bawono Yadika diperbarui 04 Mar 2019, 18:20 WIB
Inilah livery baru pesawat AirAsia dengan tema game TAGG yang dikeluarkan oleh Sixcap, perusahaan keuangan asal Singapura, Kamis (15/12/2016)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk, Dendy Kurniawan mengaku optimistis, bisnis perseroan tetap aman dan tak terganggu pasca resmi memutuskan hubunganya dengan Traveloka.

Pihaknya menyebutkan, per hari ini, AirAsia resmi menarik seluruh penjualan tiketnya dari Traveloka. Hal ini dilakukan karena sempat menghilangnya pemesanan tiket pesawat perseroan dari aplikasi Traveloka.

"Apakah impact-nya bakal besar? Tidak, karena kita penjualan tiket itu bergantung pada website," ujar dia di Jakarta, Senin (4/3/2019).

Namun, dirinya tidak menampik keberadaan online travel agents (OTA) dalam hal ini Traveloka memang membantu perusahaan untuk menyalurkan penjualan tiketnya. 

"AirAsia memang penjualan dibantu juga oleh travel-travel agent baik konvensional dan online. Kami sangat terbantu dengan adanya mereka. Tetapi kami suspen penjualan seluruh tiket kami dari traveloka karena kekecewan terhadap traveloka," kata dia.

Dia pun menekankan, bisnis perseroan akan tetap berjalan normal dan tak terganggu dengan aksi pemutusan hubungannya dengan Traveloka.

"Para penumpang kita juga jauh lebih cerdas. Kami tetap optimis terhadap penjualan," pungkasnya.

 


Terbebani Harga Avtur, Air Asia Rugi Rp 998 Miliar

Pesawat Air Asia (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Sebelumnya, PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID) mencatatkan kenaikan pendapatan 54 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 1,32 triliun dari Rp 1,02 triliun pada periode yang sama di tahun lalu.

Meski begitu, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 998 miliar. Beban usaha ini disebabkan pelemahan nilai mata uang rupiah dan juga tingginya harga avtur.

Adapun total avtur di tahun 2018 naik 53 persen dengan harga avtur rata-rata sebesar USD 85 per barel dibandingkan harga rata-rata 2017 sebesar USD 64 per barel.

Beban usaha lainnya seperti biaya sewa, pemeliharaan, dan perbaikan pesawat juga meningkat disebabkan oleh pelemahan rupiah dan tambahan pesawat pada kuartal IV-2018.

"2018 merupakan tahun yang sangat penuh tantangan bagi operasional kami. Profitabilitas kamu juga sangat terdampak oleh meningkatnya biaya operasional yang didorong oleh peningkatan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah sepanjang tahun," ujar Direktur Utama PT AirAsia Tbk Dendy Kurniawan di Jakarta, Rabu 27 Februari 2019.

Dia melanjutkan, pada tahun ini, dirinya optimistis dapat memperbaiki kinerja perseroan dan memperbesar pangsa pasar yang tanda-tanda perbaikanya telah terlihat di awal tahun 2019.

"Dengan kondusifnya lingkungan usaha, serta penurunan harga bahan bakar dan penguatan nilai mata uang rupiah, kami berencana untuk membuka hub baru di Lombok dan menambah 3 unit pesawat ke dalam armada kami sejalan dengan perluasan operasi ke bagian Timur Indonesia," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya