Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Dolar AS menguat didorong oleh ekspektasi investor bahwa akan tercipta kesepakatan perang dagang.
Mengutip Bloomberg, Selasa (5/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.137 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.130 per dolar AS. Menuju siang, rupiah terus melemah ke 14.154 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.136 per dolar AS hingga 14.154 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,74 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.146 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.149 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, dolar AS diperkirakan menguat didorong oleh ekspektasi investor bahwa akan tercipta kesepakatan dalam penyelesaian perang dagang antara AS dan China.
"Dengan ekspektasi investor yang lebih positif terhadap hasil perundingan perdagangan, diperkirakan investor akan akan lebih berani berinvestasi di pasar modal AS sehingga mendorong kembalinya arus modal ke AS," ujar Ahmad.
Ahmad memprediksi nilai tukar rupiah akan mengalami pelemahan seiring menguatnya dolar AS tersebut.
"Rupiah kemungkinan melemah ke level 14.150 per dolar AS hingga 14.190 per dolar AS," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Nilai tukar rupiah mengalami tren penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir ini. Namun meskipun sudah mengalami penguatan, Bank Indonesia (BI) melihat bahwa level saat ini masih murah atau undervalued.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.
BACA JUGA
"Jadi ke depan stabilitas rupiahakan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
Advertisement