Liputan6.com, Jakarta United Nations Children's Fund (UNICEF) memperingatkan, saat ini terjadi lonjakan kasus campak di berbagai negara di dunia ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Peningkatan kasus ini terjadi pada sepuluh negara yang menyumbang lebih dari 74 persen dari total kenaikan.
Laporan rilis UNICEF yang dipublikaskan pada 28 Februari 2019 mencatat, 98 negara melaporkan ada lebih banyak kasus campak pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017. Hal ini menunjukkan, campak menjadi ancaman mematikan, khususnya bagi anak-anak.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit campak disebut juga Morbili atau Measles yang disebabkan oleh virus dan mudah menular melalui batuk dan bersin. Gejala campak diawali demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit disertai dengan batuk atau pilek saja, bahkan bisa keduanya.
Campak dapat merenggut nyawa seseorang apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, meningitis, dan diare. Adapun 10 negara di dunia dengan peningkatan kasus campak tertinggi antara tahun 2017 dan 2018, sebagai berikut:
- Ukraina: 30.338 kasus
- Filipina: 13.192 kasus
- Brasil: 10.262 kasus
- Yaman: 6.641 kasus
- Venezuela: 4.916 kasus
- Serbia: 4.355 kasus
- Madagaskar:4.307 kasus
- Sudan: 3.496 kasus
- Thailand: 2.758
- Prancis: 2.269 kasus
Ukraina, Filipina, dan Brasil mengalami peningkatan terbesar dalam kasus campak dari tahun 2017 hingga 2018. Di Ukraina saja, ada 35.120 kasus campak pada tahun 2018. Menurut pemerintah Ukraina, 24.042 orang lainnya terinfeksi hanya dalam dua bulan pertama pada tahun 2019.
Di Filipina, sejauh ini pada tahun 2019, ada 12.736 kasus campak dan 203 kematian dibandingkan dengan 15.599 total kasus keseluruhan pada tahun 2018.
"Ini adalah peringatan. Tapi kami punya vaksin campak yang aman, efektif, dan mudah digunakan terhadap penyakit yang sangat menular. Vaksin menyelamatkan hampir satu juta jiwa setiap tahun selama dua dekade terakhir," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore, dikutip dari laman UNICEF, Rabu, 6 Maret 2019.
Simak video menarik berikut ini:
Dukungan UNICEF dalam penanganan campak
Campak sangat menular dibandingkan Ebola, TBC atau influenza. Virus dapat ditularkan seseorang hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi meninggalkan ruangan. Virus menyebar melalui udara dan menginfeksi saluran pernapasan.
Hal ini berpotensi membunuh anak-anak kurang gizi. Setelah terinfeksi, tidak ada pengobatan khusus untuk campak sehingga vaksinasi adalah cara utama menyelamatkan nyawa anak-anak, lanjut Henrietta.
Menanggapi wabah ini, UNICEF dan mitranya mendukung pemerintah untuk segera menjangkau jutaan anak di negara-negara di seluruh dunia guna mencegah dan menangani campak. Contoh upaya yang dilakukan UNICEF, yaitu:
1. Di Ukraina, UNICEF memberikan dukungan berkelanjutan untuk mempercepat imunisasi rutin di seluruh negeri dan mengatasi keragu-raguan vaksin. Hal ini termasuk upaya tambahan menghentikan wabah terbaru yang telah merenggut 30 nyawa sejak tahun 2017.
Pada Februari 2019, Departemen Kesehatan Ukraina dengan dukungan UNICEF meluncurkan upaya imunisasi di sekolah dan klinik kesehatan di wilayah Lviv. Wilayah tersebut adalah yang paling parah di Ukraina barat, yang mana sikap negatif terhadap anti vaksin. Di sana juga kekurangan pasokan vaksin sehingga tingkat vaksinasi rendah.
2. Di Filipina, pemerintah dengan dukungan dari UNICEF akan melakukan kampanye untuk memvaksinasi 9 juta anak di 17 wilayah. Ada juga kampanye untuk mendorong vaksinasi campak.
3. Di Brasil, dari Agustus hingga September 2018, pemerintah melakukan kampanye melawan polio dan campak yang menargetkan lebih dari 11 juta anak balita. UNICEF mendorong orangtua untuk memvaksin anak.
UNICEF juga melatih pemantau kesehatan yang bekerja di tempat penampungan migran untuk orang Venezuela. UNICEF menyediakan vaksin campak sebagai bagian dari program Segel Kota yang mencakup 1.924 kota.
4. Di Yaman, negara konflik selama bertahun-tahun yang menyebabkan wabah, pihak berwenang setempat dengan dukungan dari UNICEF, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan The Global Alliance for Vaccines and Immunizations (GAVI) memvaksinasi lebih dari 11,5 juta anak pada Februari 2019.
5. Di Madagaskar, dari 3 September 2018 hingga 21 Februari 2019 sebanyak 76.871 orang terinfeksi campak dan 928 meninggal. Sebagian besar yang terkena campak adalah anak-anak.
Pada Januari 2019, pemerintah dengan dukungan UNICEF meluncurkan kampanye imunisasi untuk menargetkan 114 kabupaten untuk vaksinasi. Lebih dari 2 juta anak diimunisasi di 25 kabupaten. Pada Februari 2019, ada 1,4 juta anak-anak divaksinasi. Sebanyak 3,9 juta anak lagi akan mengikuti vaksinasi pada Maret 2019.
Advertisement
Permohonan mendesak UNICEF
Data UNICEF juga mencatat beberapa negara lain yang melaporkan adanya kasus campak pada 2018 setelah sebelumnya, pada 2017 tak ditemukan kasus campak. Negara-negara tersebut yakni:
- Brasil: 10.262 kasus
- Moldova: 312 kasus
- Montenegro: 203 kasus
- Kolombia: 188 kasus
- Timor-Leste: 59 kasus
- Peru: 38 kasus
- Cile: 23 kasus
- Uzbekistan: 17 kasus
Untuk memerangi campak, UNICEF mengeluarkan permohonan mendesak kepada pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan orangtua untuk berupaya lebih keras mengatasi penyakit campak dengan cara:
- Memahami bahwa vaksin itu aman dan efektif sehingga menyelamatkan nyawa seorang anak. Vaksinasi semua anak antara usia 6 bulan hingga 5 tahun, terlebih lagi selama wabah campak melanda.
- Melatih dan memperlengkapi petugas kesehatan sehingga mereka dapat memberikan layanan yang berkualitas.
- Memperkuat program imunisasi dan vaksinasi yang menyelamatkan jiwa anak-anak.