Operasi Pasar, Bulog Gelontorkan 180 Ribu Ton Beras hingga Awal Maret

Selain operasi pasar, stabilisasi harga akan dilakukan oleh Bulog melalui pengendalian ketersedian pasokan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2019, 18:45 WIB
Aktivitas penurunan beras impor dari sebuah kapal saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Sekitar 27 ribu ton beras tersebut didatangkan dari Vietnam untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) telah menggelontorkan sebanyak 180.000 ton beras untuk operasi pasar sepanjang Januari hingga Rabu (6/3/2019).

Operasi pasar ini dilakukan dalam rangka stabilisasi harga beras di pasaran. "Sudah 180.000 ton," ujar Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta.

Tri mengatakan, Bulog masih akan terus melakukan operasi pasar sebanyak 3.000 per hari sampai masa Lebaran 2019. Angka operasi pasar ini masih di bawah target pemerintah sebanyak 15.000 ton per hari.

"Ya kalau kami ditugaskan oleh Kemendag 13.000 sampai 15.000 ton per hari. (Realisasinya) kita rata-rata 2.000 sampai 3.000 ton. Karena kemarin kan sudah mulai ada panenkan di daerah-daerah," kata dia.

Tri menambahkan, selain operasi pasar, stabilisasi harga akan dilakukan oleh Bulog melalui pengendalian ketersedian pasokan.

"Kita antisipasi dengan stabilisasi harga, ya program ketersediaan pasokan sesuai dengan selisih harga beras," tutur dia.

 

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com


Bulog Siap Distribusikan Beras Impor ke Luar Jawa

Pekerja memindahkan beras di pasar induk cipinang, Jakarta, Kamis (13/12). Direktur Pasar Induk Beras Cipinang Arief Prasetyo Adi memastikan, ketersediaan stok beras di pasar masih kategori aman jelang Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bulog berencana mendistribusikan beras impor 72 ribu ton asal Vietnam, Thailand dan Pakistan, ke sejumlah daerah yang dinilai minus yaitu Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua serta Maluku.

Beras impor ini tersimpan di sejumlah tempat, di gudang Bulog yang mencakup wilayah Nganjuk dan Kabupaten Kediri. 

Kepala Badan Urusan Logistik Subdivisi Regional Kediri, Saidi menuturkan, pihaknya hingga kini masih menunggu intruksi dari pemerintah pusat, yang  diteruskan ke Subdrive Jawa Timur mengenai rencana pendistribusian beras impor tersebut. 

"Beras impor yang ada di Kediri ini, nanti akan disalurkan untuk ketahanan stok nasional dikirimkan ke daerah Subdirive yang minus seperti di Nusa Tenggara Timur, Papua, Kalimantan dan Maluku. Stok kita di Kediri ada 72 ribu ton, ditaruh di Gudang Paron, Banyakan, Candi Rejo dan Gedondong," tutur Saidi, seperti ditulis Senin 28 Januari 2019.

Teknis pendistribusian beras impor ini merupakan wewenang intruksi langsung dari bulog Pusat. Dari pusat kemudian memerintahkan Bulog Jawa Timur, lalu diteruskan ke Subdrive Kediri.

"Subdrive menertibkan DO (Delivery Order) kita kirim untuk kebutuhan sesuai drive tujuannya," kata dia.

Ia menambahkan, beras impor ini didatangkan masuk sejak  November 2018 lalu. Saidi memperkirakan, beras itu akan mulai didistribusikan tahun ini ke luar Pulau Jawa.

Bulog Subdrive Kediri hanya menjalankan tugas intruksi dari pusat untuk menyimpan beras impor tersebut ke dalam gudang. 

Sementara itu, Saidi menambahkan beras impor yang ada di gudang sekarang berasal dari negara Vietnam, Thailand dan Pakistan.

Beras impor ini diperuntukan bagi ketahanan stok nasional. Ia menegaskan beras impor tidak diperuntukan untuk wilayah Jawa Timur karena ada peraturan dari gubernur, yang melarang beredar. 

"Memang kalau beras impor ada peraturan dari Gubernur, tidak boleh beredar di Jawa Timur. Maka beras impor yang ada di Kediri ini nanti akan disalurkan untuk ketahanan stok nasional dikirim ke daerah - daerah ke subdrive yang minus seperti di NTT, Kemudian Papua, Kalimantan dan Maluku,"  ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya