Liputan6.com, Jakarta - PDIP menggelar Safari Kebangsaan X di Aceh guna mengampanyekan Paslon 01, Jokowi-Ma'ruf Amin sekaligus menangkal hoaks. Pada kesempatan itu, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan, penyebaran hoaks tertinggi justru berada di Jawa Barat.
Menurut dia, partai-partai koalisi harus bekerja keras untuk meluruskan berita hoaks yang ada.
Advertisement
"Maka kami datang bersama para tokoh, bersama dengan para relawan partai politik dan menyampaikan hal-hal yang baik," tutur Hasto di Meulaboh, Aceh, Kamis (7/3/2019).
Dia mengatakan, hoaks menjadi marak sejak 2014. Tepatnya, saat Pilpres 2014 berlangsung. Dia menyontohkan peredaran tabloid Obor Rakyat yang menyebarkan fitnah tentang Jokowi.
Oleh karena itu, dia menegaskan, hoaks harus selalu dilawan. Sebab, hal tersebut sangatlah merugikan masyarakat.
"Obor Rakyat saat itu diakui sebagai bagian dari kerja tim kampanye Pak Prabowo, dan telah berbagai bentuk fitnah harus kita lawan bersama-sama, apalagi di sini dalilnya sangat jelas fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan," tandas Hasto.
Survei PoliticaWave
Lembaga survei PoliticaWave melakukan penelitian terkait pemberitaan bohong alias hoaks yang aktif beredar di sosial media. Hasilnya, Joko Widodo atau Jokowi menjadi sasaran terbesar dalam pemberitaan hoaks.
"Isu hoaks yang jumlahnya semakin besar di Pilpres 2019. Pada Pilpres 2014 pasangan Jokowi-JK mendapat serangan hoaks 7 kali lebih besar daripada pasangan Prabowo-Hatta," tutur Founder PoliticaWave Yose Rizal dalam konferensi pers 'Pilihan Netizen Menjelang Pilpres' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (7/2/2019).
Pada 2014 lalu, Jokowi-JK memperoleh 94,9 persen kampanye hitam atau tudingan kelemahan tanpa fakta dan 5,1 persen kampanye negatif yakni kekurangan kandidat berdasarkan fakta.
Sementara Prabowo-Hatta menerima 13,5 persen kampanye hitam dan 86,5 persen kampanye negatif.
"Selama proses Pilpres 2019, PoliticaWave memantau 10 isu hoaks dengan jumlah percakapan terbesar di sosial media," jelas dia.
Advertisement