Liputan6.com, New York - Wall street ditutup melemah setelah Bank Sentral Eropa mengatakan akan menunda kenaikan suku bunga dan menawarkan putaran baru pinjaman murah kepada bank. Kebijakan ini meningkatkan kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi global.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 200,23 poin, atau 0,78 persen, menjadi 25.473,23. Sementara indeks S&P 500 turun 22,52 poin, atau 0,81 persen, menjadi 2.748,93 dan Nasdaq Composite turun 84,46 poin, atau 1,13 persen, menjadi 7.421,46.
Baca Juga
Advertisement
Pasar saham AS kali ini dipengaruhi pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi. Dia mengatakan tentang kondisi ekonomi yang melemah dan penuh ketidakpastian. Ini dikatakan saat mengumumkan tentang pemotongan perkiraan pertumbuhan dan inflasi bank.
“Di satu sisi, pembicaraan dovish bisa menjadi bullish. Di sisi lain, mungkin itu menunjukkan betapa lambatnya keadaan di sana,” kata Chuck Carlson, CEO di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.
Menurut Carlson, hal ini membuat pertanyaan tentang seberapa lama AS bisa menjadi satu-satunya yang mendorong ekonomi global maju. Sementara Eropa tak terlalu banyak membantu.
Laju pasar saham yang sempat bergerak naik di tahun ini kembali terhenti, dipicu optimisme atas kesepakatan perdagangan AS-China dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mengurangi langkah agresifnya terkait suku bunga.
Adapun indeks S&P 500 telah naik 9,7 persen tahun ini."Kami telah naik dalam garis lurus selama delapan minggu dan perlu istirahat," kata Walter Todd, Kepala Investasi Greenwood Capital di Greenwood, Carolina Selatan.
Adapun yang mencatat penurunan antara lain, saham Kroger Co yang anjlok 10,0 persen setelah toko kelontong itu memproyeksikan laba tahunan di bawah perkiraan Wall Street.
Sekitar 7,8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas 7,4 miliar rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.
Wall Street Kemarin
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah dalam tiga sesi dengan indeks saham acuan S&P 500 mencatatkan penurunan terbesar dalam sebulan.
Wall street tertekan tersebut didorong sektor saham perawatan kesehatan dan energi yang tergelincir dan investor mencari alasan untuk beli setelah reli pasar yang kuat pada awal tahun.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis WIB), indeks saham Dow Jones susut 133,17 poin atau 0,52 persen ke posisi 25.673,46. Indeks saham S&P 500 melemah 18,2 poin atau 0,65 persen ke posisi 2.771,45. Indeks saham Nasdaq merosot 70,44 poin atau 0,93 persen ke posisi 7.505,92.
Dengan berakhirnya musim laporan keuangan perusahaan, investor mencari katalis berikutnya untuk menggerakkan pasar. Hal itu termasuk potensi perjanjian dagang antara AS-China, data ekonomi termasuk laporan ketenagakerjaan.
Baca Juga
Optimisme atas kesepakatan perdagangan dan the Federal Reserve atau bank sentral AS menjadi kurang agresif menaikkan suku bunga membantu memicu kenaikan 10,6 persen untuk indeks saham S&P 500. Akan tetapi, reli terhenti dalam beberapa hari terakhir.
"Dengan tidak adanya katalis positif, mudah untuk mengambil keuntungan. Saya tidak berpikir harga saham hari ini adalah indikasi tren," tutur dia, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (7/3/2019).
Sementara itu, Presiden Direktur Chase Investment Counsel, Peter Tuz menuturkan, pasar telah mengalami kemajuan besar. Oleh karena itu, tidak bisa dikatakan pasar murah lagi.
Indeks saham lainnya yaitu Russell 2000 yang memuat saham kapitalisasi kecil melemah 2 persen, dan alami penurunan terbesar dalam satu hari. Indeks saham Dow Jones Transport Average merosot 0,5 persen.
Di sisi lain, investor menilai level 2.800 dalam indeks saham S&P 500 merupakan level resistance seiring indeks saham yang bergerak lebih tinggi. Meski pun indeks saham tersebut telah memecahkan level harian dalam 200 hari.
"Kami telah mengatasi rintangan besar tetapi 2.800 terbukti lebih keras," tutur Joy.
Volume perdagangan saham di wall street tercatat 7,3 miliar saham. Ini sesuai dengan rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.
Advertisement