ECB Tunda Kenaikan Suku Bunga Picu Harga Emas Susut

ECB memangkas perkiraan pertumbuhan dan inflasi 2019 dan menurunkannya untuk tahun 2020 dan 2021.

oleh Nurmayanti diperbarui 08 Mar 2019, 06:45 WIB
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, New York - Harga emas dunia beringsut turun, dipicu penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Euro setelah Bank Sentral Eropa menunda kenaikan suku bunga, tetapi prospek ekonomi bank yang suram membatasi penurunan harga logam mulia.

Melansir laman Reuters, Jumat (8/3/2019), harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD 1.285,61 per ounce. Harga sempat mencapai USD 1.280,70 pada hari Selasa, terendah sejak 25 Januari. Adapun harga emas berjangka AS turun 0,1 persen menjadi USD 1.286,1 per ons.

ECB memangkas perkiraan pertumbuhan dan inflasi 2019 dan menurunkannya untuk tahun 2020 dan 2021. Bank Sentral mengakui jika perlambatan ekonomi Eropa lebih lama dan dalam dari perkiraan sebelumnya.

"Kabar baik bagi emas jika suku bunga secara global tidak bergerak jauh lebih tinggi," ujar Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities di Toronto, dengan mengacu pada pernyataan ECB.

Dia mengatakan, pihaknya percaya jika Dolar AS yang saat ini dan secara historis menguat cenderung menekan harga emas. Tetapi pada level ini, emas masih akan di kisaran USD 1.275 dan  USD 1.285. 

Euro melemah terhadap dolar setelah pernyataan kebijakan moneter ECB, yang merupakan kejutan bagi banyak investor. Dolar, diukur terhadap sekeranjang mata uang, naik mendekati puncak tiga bulan.

Jerman, dengan ekonomi terbesar pada zona euro, mengalami stagnasi pada kuartal keempat dan Italia berada dalam resesi besar-besaran. Ini meningkatkan risiko perlambatan sementara akan menjadi penurunan yang lebih tahan lama karena kepercayaan bisnis diliputi oleh aliran berita negatif yang stabil.

Pengumuman ECB menambah kekhawatiran perlambatan global, membantu meningkatkan sentimen keseluruhan untuk bullion. Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi atau politik.

Laporan payroll non-pertanian AS menjadi sinyal kuat tentang kekuatan ekonomi dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve.

Ini juga mendukung pembelian emas. China, konsumen logam terbesar di dunia, meningkatkan cadangan emasnya menjadi 60,260 juta ons troy baik di Februari dari 59,940 juta troy ons di akhir Januari.

Adapun harga Palladium turun 0,7 persen menjadi USD 1,527,02 per ounce dan perak turun 0,3 persen menjadi USD 15,03. Perak menyentuh titik terendah USD 14,96, terlemah sejak akhir Desember. Platinum turun 1,9 persen menjadi USD 811 per ons.


Harga Emas Dunia Kemarin

Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Harga emas menguat sehingga menghentikan pelemahan beruntun dalam tujuh sesi yang merupakan penurunan terpanjang dalam dua tahun terakhir.

"Dengan optimisme mengenai kesepakatan perdagangan dan Brexit mereda, suasana berisiko berkurang dan telah memungkinkan sejumlah kecil dukungan untuk logam mulia," tulis Analis Zaner Precious Metals dalam sebuah catatan seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (7/3/2019).

Harga emas untuk pengiriman April naik USD 2,9 atau 0,2 persen menjadi USD 1.287,60 per ounce.

Harga emas ini meningkat dari sebelumnya susut 0,2 persen. Berdasarkan data FactSet, harga emas untuk kontrak paling aktif berada di posisi USD 1.284,70 yang merupakan posisi terendah sejak 24 Januari.

Berdasarkan data Dow Jones Market, penurunan pada perdagangan Selasa menandai kerugian selama tujuh sesi berturut-turut, yang merupakan terpanjang sejak 10 Maret 2017.

Selain itu, harga perak melemah 0,1 persen menjadi USD 15.085 per ounce usai berakhir mendatar sebelumnya.

Sekretaris Negara AS, Mike Pompe menuturkan, Presiden AS Donald Trump akan menolak kesepakatan perdagangan dengan China terutama yang tidak sempurna. Zaner menilai, hal tersebut seperti peringatan sehingga mendukung harga emas.

Selain itu, emas sudah alami jenuh jual juga merespons positif dari berita negosiasi perdagangan AS-China terutama belum adanya kesepakatan.

Bursa saham AS yang tertekan juga mendukung kenaikan harga emas. Hal ini juga terjadi di tengah dolar AS yang stabil dan diperdagangkan lebih tinggi pada pekan ini sehingga mengimbangi faktor pendukung harga emas.

Indeks dolar AS cenderung mendatar di posisi 96,87. Akan tetapi, indeks dolar AS sudah naik 0,4 persen selama sepekan.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya