Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menceritakan pengalamannya naik Kereta Listrik (KRL) commuterline saat jam sibuk. Jokowi mengatakan saat itu dirinya ikut berdesak-desakan dengan para penumpang lainnya.
"Kita betul-betul merasakan betul kondisi sebenarnya. Mau bergerak saja tidak bisa, terutama yang dari Jakarta ke Depok itu mau bergerak saja tidak bisa," ucap Jokowi di Gerbang Tol Natar, Lampung Selatan, Jumat (8/3/2019).
Advertisement
Jokowi saat itu naik KRL dari Stasiun Tanjung Barat menuju Bogor, usai menghadiri acara kepresidenan di Jakarta Selatan. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu merasa takjub dengan kepadatan transportasi jenis kereta api di jam sibuk.
"Ya tadi pas jam-jam seperti itu, coba mau goyang 1 senti aja tidak bisa. Kita bisa agak longgar itu pun masih berdiri setelah dari (stasiun) Depok menuju Bogor yang turun sudah agak banyak," kata dia.
Usai berdesakan naik kereta, Jokowi mendapat masukan dari para penumpang. Mereka meminta agar pemerintah menambah kereta atau gerbong kereta.
"Di dalam gerbong banyak yang menyampaikan kepada saya, Pak tambah keretanya atau Pak tambah gerbongnya Pak, dan ketemu artinya memang harus tambah gerbong atau tambah kereta," jelasnya.
Kendati begitu, Jokowi masih mempertimbangkan permintaan tersebut. Masalahnya, kata dia, apabila kereta ditambah maka akan banyak persimpangan yang ditutup. Sehingga, hal itu dikhawatirkan dapat menyebabkan kemacetan.
"Oleh sebab itu, pekerjaan besar di Jakarta saya adalah elevated, kereta yang elevated (layang). Itu saja memang biaya besar, tapi tidak ada jalan lain selain itu," sambung Jokowi.
Capres petahana itu menyebut saat ini Jakarta telah memiliki moda transportasi lainnya yang dapat menjadi alternatif KRL, yaitu MRT dan LRT. Dua transportasi itu akan disiapkan untuk mengatasi kepadatan penumpang KRL.
"Ya transportasi massal harus kita siapkan. Kenapa dibangun LRT? Kenapa dibangun MRT? Karena memang kebutuhan," tuturnya.