Liputan6.com, Caracas - Seorang jurnalis lepas asal Amerika Serikat mengaku telah didorong untuk menyatakan dukungan terhadap Nicolas Maduro. Hal itu terjadi saat ia ditahan oleh otoritas keamanan Venezuela selama 12 jam. Pengakuan didapat langsung dari sang wartawan, Cody Weddle (28), pada Kamis 7 Maret 2019.
Weddle menceritakan insiden penahanan itu kepada media saat berada di Bandara Internasional Miami, Florida, setibanya dari Caracas.
Baca Juga
Advertisement
"Sudah jelas, mereka ingin saya mengatakan beberapa hal, masalah politik, mereka ingin saya mengatakan bahwa Nicolas Maduro masih presiden," tuturnya.
"Mereka terus bertanya apakah saya punya kontak di militer, apakah saya punya kontak di kepolisian setempat atau di kepolisian nasional," lanjutnya.
Saat itu, barang-barang elektronik seperti komputer dan telepon genggam milik Weddle disita oleh petugas dan diperiksa dengan jeli.
Mengutip situs Channel News Asia pada Jumat (8/3/2019), Weddle mengaku bahwa wajahnya ditutup dengan topeng ski saat interogasi berlangsung.
Weddle menambahkan bahwa ia yakin penginterogasi berusaha membuatnya mengatakan hal-hal yang dapat dimanipulasi.
"Saya telah melihat sebelumnya ketika video itu direkam, mereka mungkin akan merilis versi lain yang diedit untuk membuatnya terlihat seperti saya berkata sesuatu yang sebetulnya tidak saya katakan," jelas Weddle, seolah mengantisipasi jika kelak akan ada video yang memperlihatkannya berkata mendukung Maduro.
Dituduh Spionase
Weddle saat ini berstatus sebagai penduduk Venezuela dengan visa yang valid. Ia telah hidup di sana sejak 2014 lalu.
Pemerintah Venezuela, menurut Weddle, menuduhnya melakukan pengkhianatan dan spionase. Meskipun demikian, penahanan terhadap wartawan dianggap sebagai strategi untuk "mengintimidasi" pers.
"Ada banyak ketegangan sekarang," kata Weddle kepada media. "Karena krisis politik saya pikir ada panyak paranoia (ketakutan akan bahaya)."
Perlu diketahui bahwa Weddle --seorang jurnalis yang pernah bekerja untuk WPLG Local 10 Florida Selatan, Miami Herald, ABC, CBC, dan Telegraph-- telah ditahan sejak Rabu, 6 Maret 2019.
Ia ditahan setelah penggerebegan di apartemennya yang terletak di Caracas oleh Badan Kontraintelijen Militer (DGCIM). Asisten Weddle yang berkewarganegaraan Venezuela juga turut ditahan.
Insiden penangkapan Weddle terjadi satu minggu setelah Venezuela mendeportasi tim dari sebuah media televisi berbahasa Spanyol di AS bernama Univision.
Insiden deportasi dan penahanan tersebut memperburuk hubungan antara Venezuela dan Amerika Serikat, yang telah mengurangi kontak diplomatik sejak Maduro mengatakan akan memutuskan hubungan pada Januari lalu.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara Barat telah mengakui Juan Guaido, oposisi Maduro, sebagai kepala negara yang sah dari Venezuela dan mendukung rencana untuk menerapkan "pemerintahan transisi" sebelum diadakan pemilihan umum yang demokratis.
Guaido sendiri mengatakan bahwa pemilu tahun lalu yang dimenangkan oleh Maduro penuh dengan tipu muslihat dan secara konsisten ia menyalahkan Maduro atas kondisi perekonomian yang memburuk serta inflasi yang tinggi (hiperinflasi).
Simak pula video pilihan berikut:
Penahanan Weddle Dikecam Banyak Pihak
Sebelumnya, penahanan Weddle dikecam oleh Juan Guaido, Sekretaris Jenderal of the Organization of American States Luis Almagro, dan beberapa anggota parlemen AS baik dari kubu Demokrat maupun Republik.
Menurut Senator AS Marco Rubio, penahanan terhadap Weddle dilakukan untuk mengintimidasi wartawan agar tidak melaporkan terkait kondisi di Venezuela.
"Mereka melakukan ini karena satu alasan saja, untuk mengintimidasi wartawan agar tidak melaporkan @jguaido & tentang kondisi di #Venezuela," tulis Rubio melalui akun Twitter pribadinya.
Sementara itu anggota dewan AS yang lain, Rick Scott mengecam penahanan Weddle. Ia berharap Weddle kembali ke AS dengan selamat.
"Maduro dan penjahatnya perlu tahu: AS mengecam ancaman terhadap jurnalis," kata Scott di Twitter.
Tak ingin ketinggalan, Juan Guaido, sang oposisi menerukan pembebasan Weddle melalui sebuah Twit.
"Kami menuntut pembebasan jurnalis AS Cody Weddle, yang diculik oleh rezim yang mengambil alih kekuasaan dan mencoba, tanpa hasil, untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi di negara kami," katanya.
Sejak Januari lalu setidaknya terdapat 38 jurnalis yang ditahan, sebagaimana laporan kelompok advokasi media Espacio Publico.
Dukungan itu disambut baik oleh Weddle. Ia mengucapkan terima kasih karena akhirnya berbagai tekanan internasional telah berhasil membebaskannya.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang," kata Weddle, mengutip media Miami Herald. "Mereka mulai gelisah dan saya pikir itu karena orang-orang berbicara."
Advertisement