KA Logistik Incar Pertumbuhan Pendapatan 30 Persen

KA logistik melihat ada kenaikan pengiriman lewat kereta api sejak tarif kargo pesawat terbang meningkat.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mar 2019, 16:00 WIB
Proses bongkar muatan KA Logistik saat tiba di Stasiun JICT Tanjung Priok, Kamis (18/2). Dioperasikannya KA Logistik Tanjung Priok diharapkan mampu menurunkan masalah waktu bongkar muat atau dwelling time hingga dua hari. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Logistik (KALOG) menargetkan pendapatan tumbuh 30 persen usai ada kerja sama dengan PT Lion Express (Lion Parcel).

Plt. Direktur Utama KALOG, Junaidi Nasution, mengatakan pihaknya menargetkan pasca kerja sama ada peningkatan pendapatan Kereta Api Logistik hingga 30 persen. Meskipun demikian, dia tidak menyebut besaran nilai peningkatan pendapatan.

"Kalau bisa sebanyak-banyaknya, bisa meningkat sekitar 20 sampai 30 persen pendapatan kami dari sebelumnya. Tergantung juga Lion. Ini saling mengisi. Kami mengharapkan dari mereka mereka juga harapkan dari kami. Sehingga nilai kerja samanya ada," kata dia, di Kantor Lion Parcel, Jakarta, Jumat (8/3/2019).

Dia menjelaskan, hingga saat ini, KALOG berkontribusi sebesar 20 persen terhadap pendapatan induk usaha, PT KAI. Pada 2018, sumbangan pendapatan dari KALOG mencapai Rp 400-an miliar.

"Kalau kontribusi pendapatan kami 10 sampai 20 persen sampai tahun ini. Jadi kita itu satu tahun itu untuk angkutan dari logistik kita menyumbang Rp 300 miliar sampai Rp 400 miliar ke KAI sampai 2018 kemarin," ujar dia.

Menurut dia, sejak tarif kargo pesawat terbang meningkat, terjadi peningkatan pengiriman via kereta api.

"Ya kalau menurut data kami ada (peningkatan). Sekitar hampir 20 persen meningkat ya. Jadi kita memang selain ini kerja sama dengan Lion Parcel, costumer yang biasa menggunakan jalue udara itu mulai beralih ke kereta api," ungkapnya.

Terkait tarif, menurut dia, sejauh ini pihaknya masih menggunakan tarif yang lama alias belum mengubah tarif yang harus ditanggung pelanggan.

"Sementara ini masih tetap. Tarif yang kami sampaikan ke costumer masih tetap walaupun dari PT KAI-nya ada kenaikkan tarif sendiri. Kami masih menjaga konsisten kami kepada pelanggan kami kita tetapkan tarif segitu," kata dia.

PT Lion Express (Lion Parcel) teken nota kesepahaman (MoU) dengan PT Kereta Api Logistik (KALOG).

Melalui kerja sama ini, sebagian barang kiriman  Lion Parcel akan diangkut menggunakan kereta api. Sebaliknya, barang dari KA Logistik juga bakal dikirim menggunakan pesawat milik Lion Air.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com


Lion Parcel Tekan Biaya

Penandatanganan MoU antara Lion Parcel dan Kereta Api Logistik pada Jumat (8/3/2019) (Foto:Merdeka.com/Wilfridus S)

Sebelumnya, PT Lion Express (Lion Parcel) teken nota kesepahaman (MoU) dengan PT Kereta Api Logistik (KALOG).

Melalui kerja sama ini, sebagian barang kiriman Lion Parcel akan diangkut menggunakan kereta api. Sebaliknya, barang dari KA Logistik juga bakal dikirim menggunakan pesawat milik Lion Air

Chief Executive Officer (CEO) Lion Parcel, Farian Kirana mengatakan, lewat kerja sama ini, pihaknya bisa efisiensi hingga 400 persen.

"Kalau efisiensinya mungkin bisa mencapai 400 persen atau lebih. Untuk beberapa rute di intra Jawa itu efisiensi bisa mencapai sekitar mungkin 400 persen," kata dia, di Kantor Lion Parcel, Jakarta, Jumat 8 Maret 2019.

Dia menuturkan, jika mengirim barang lewat udara, pihaknya tidak hanya harus membayar biaya Surat Muatan Udara (SMU) saja. Ada biaya-biaya lain yang harus ditanggung, misalnya biaya gudang.

"Kalau lewat udara harus lewat x-ray dan skrining itu ada biaya biayanya lagi dan biaya-biaya untuk x-ray, gudang, skrining saja kurang lebih sudah bisa sama membayar untuk biaya transportasi pakai kereta. Itu belum kita menghitung biaya SMU yang sekarang mungkin lagi naik terus," ujar Farian.

Farian mencontohkan, perbandingan biaya pengiriman Jakarta-Surabaya. Jika menggunakan jalur darat, biaya yang harus ditanggung pihaknya bisa mencapai Rp 9.000 per kg. Sementara lewat kereta api, biaya yang ditanggung cuma Rp 2.000.

"Contoh begini kali ya misalkan kalau kita kirim pakai udara biaya gudang tambah gudang tujuan itu mungkin sekitar Rp 3.000 per kilogram. Tambah kalau misalnya kita kirim contoh Jakarta ke Surabaya. Jakarta ke Surabaya itu sekitar Rp 5.000. Jadi total itu sudah Rp 8.000 sampai Rp 9.000 biaya per kg-nya. Kalau pakai kereta api logistik itu biaya cuma Rp 2.000 per kg. Jadi seperempatnya harga untuk pengiriman kota ke kota," urai Farian.

Efisiensi juga terjadi dari sisi waktu. Menurut dia, pengiriman lewat akan jauh lebih efisien.

"Kita juga selain itu kita lihat beberapa kota itu kalau di pesawat itu preparation-nya banyak, jadi untuk dilakukan kiriman itu bisa harus 5 jam sebelum. Jadi kita ambil penerbangan yang JT sekian itu perlu persiapan sekitar 5 jam sebelum. Lalu setelah mendarat pun ada waktu lagi 2 jam sesudahnya," ujarnya.

"Jadi kalau pakai kereta api itu jauh lebih singkat. Jadi kita mungkin bisa 2 jam sebelum sudah bisa naik dan beberapa kota yang tidak punya bandara, dia bisa langsung lebih cepat begitu speed dan cost efficient," ia menambahkan.

Saat ini, lanjut Farian, 90 persen porsi pengiriman Lion Parcel masih menggunakan jalur udara. Namun, dia tidak menutup kemungkinan porsi via udara akan berkurang dan beralih ke kereta api.

"Darat ini baru mulai, begitu kita lihat kaji ulang costing dan juga speed kita lihat mungkin bisa nyampe 40 persen darat 60 persen masih udara. Potensi naik dan itu akan terus kita tambahin dilihat dari kondisi market ya apabila SMU naik lagi pasti kita makin larikan ke kereta api," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya