Jakarta - Kejutan lagi-lagi terhampar di fase 16 besar Champions League 2018-2019. Setelah Real Madrid dihajar Ajax Asmterdam dengan skor 1-4, kali ini giliran raksasa Prancis, Paris Saint-Germain mengalami nasib buruk tak bereda.
Klub berjulukan Les Parisien itu terpental dari persaingan Liga Champions usai dipermalukan Manchester United MU di kandang mereka, Parc des Princes.
Dominan di leg pertama kala meraih kemenangan 2-0 di Old Trafford, anak asuh Thomas Tuchel justru dilumat 1-3 kala menjamu MU di Parc des Princes.
Baca Juga
Advertisement
Dua gol Romelui Lukaku dan penalti kontroversial Marcus Rashford di pengujung laga memastikan kemenangan tim tamu.
Hasil itu membuat Les Parisiens otomatis tersingkir dari Champions League, mengingat MU unggul agresivitas gol tandang (agregat 3-3). Berikut beberapa hal yang penting yang dicermati usai laga mengejutkan tersebut:
PSG Tim yang Dijauhi Keberuntungan
Menyebut PSG sebagai tim yang sangat tidak beruntung, nampaknya tidak akan berlebihan. Bagaimana tidak, kekalahan atas Man United menjadi yang kedua kalinya dalam tiga musim terakhir kala mereka harus tersungkur kendati menang meyakinkan di leg pertama.
Publik sepak bola tentu masih ingat kala Les Parisiens membantai Barcelona dengan skor 4-0 pada leg pertama babak 16 besar 2017-2018.
Namun, pada leg kedua, mereka dihancurkan dengan skor 1-6 di Camp Nou. Kini, publik jelas mengunggulkan Kylian Mbappe dkk kala menjamu Setan Merah yang bermain tanpa sembilan pemain utama mereka. Apalagi, mereka tampil dominan di Old Trafford kala mengalahkan tuan rumah dengan skor 2-0.
Nyatanya, mentalitas PSG masih jauh dari mental juara. Kebobolan tiga gol, dengan ketiga-tiganya diawali dari kesalahan mereka sendiri jelas merupakan rapor merah bagi sang juara Ligue 1.
Advertisement
Lukaku Memberi Bukti
Melihat performa Lukaku kala melawan PSG, sulit rasanya membayangkan bahwa striker Timnas Belgia itu sempat menjadi bahan olok-olokan media hanya satu bulan berselang.
Dia dianggap inefisien, tumpul, dan bahkan diisukan akan segera hengkang pada musim panas 2019 seiring dengan Ole Gunnar Solskjaer yang lebih sering menempatkan Marcus Rashford sebagai striker tunggal.
Namun, Lukaku berhasil membuktikan kualitasnya kepada dunia. Penampilannya kontra PSG menjadi titik kulminasi dari peningkatan performanya selama satu bulan terakhir. Dua golnya ke gawang Gianluigi Buffon, membuat dirinya sudah mencetak enam gol di tiga laga terakhir di semua kompetisi.
Dirinya pun tidak hanya berperan hanya sebagai target man, namun aktif membuka ruang bagi rekan-rekannya. Jika mampu konsisten, nampaknya dia tidak akan kemana-mana di bursa transfer mendatang.
Sudah Saatnya Buffon Pensiun
Jika ada satu sosok yang mungkin memiliki tanggung jawab besar terkait kekalahan PSG, sosok itu adalah Gianluigi Buffon. Dua gol Romelu Lukaku, murni berasal dari kesalahan sang kiper veteran Italia ini.
Gol pertama terjadi karena dirinya kurang sigap kala berhadapan satu lawan satu dengan Lukaku. Sedangkan gol kedua lebih parah lagi, berupaya menghalau sepakan Marcus Rashford, tepisan tidak sempurna Buffon membuat bola kembali ke area berbahaya, yang kemudian, sukses dimanfaatkan oleh Lukaku.
Tidak dapat dimungkiri, sosok Buffon memang legendaris dan berkualitas. Namun, di usia 40 tahun, dirinya sudah tidak seharusnya menjadi starter, apalagi dengan kiper Timnas Prancis, Alphonse Areola, siap dimainkan setiap saat. Merujuk pada penampilan tadi malam, tidak berlebihan jika Buffon lebih baik mempertimbangkan pensiun di akhir musim.
Advertisement
Fred Layak Dapat Kesempatan
Sejak dibeli seharga 50 juta pound dari Shakthar Donetsk pada musim panas 2018 silam, sosok Fred masih belum mampu memenuhi ekspektasi yang diberikan kepadanya. Dia bahkan tidak pernah lagi menjadi starter sejak kedatangan Solskjaer. Namun, menumpuknya pemain cedera memaksa sang manajer untuk menurunkan gelandang asal Brasil ini dari menit awal kontra PSG.
Hasilnya ternyata jauh dari kata mengecewakan. Bersama Scott McTominay, dirinya mampu bermain dengan tenang dan lugas kala menahan badai serangan Les Parisiens. Sentuhannya sangat tajam, pergerakannya efisien, dan dia mampu memberikan passing yang tepat sasaran. Fred juga tidak segan untuk naik membantu serangan maupun melapisi pertahanan selama 90 menit pertandingan.
Penampilan semacam ini yang sejatinya dinanti oleh para fans Setan Merah, dan jika diberi lebih banyak kepercayaan, mungkin Fred masih berkesempatan untuk menjadi tandem permanen bagi Paul Pogba.
Saatnya Mendapuk Solskjaer sebagai Manajer Permanen
Satu hal yang akan langsung muncul di pikiran para fans Man United maupun fans sepak bola pada umumnya setelah laga tadi malam, pastinya adalah tuntutan untuk segera memermanenkan seorang Solskjaer. Bagaimana tidak, selain statistik luar biasa yang dia raih sejauh ini (satu kali kalah dari 10 laga), pengaruhnya terhadap mentalitas para pemain Setan Merah menjadi poin terpenting dari kualitas manajer asal Norwegia ini.
Kemampuannya meracik strategi dengan kehilangan sembilan pemain utama melawan PSG, sudah menjadi bukti yang cukup betapa besar pengaruh Solskjaer kepada tim.
Dia juga tidak segan memercayai pemain muda pada menit-menit krusial, yang ditunjukkan dengan dimasukkannya Tahit Chong dan Mason Greenwood din penghujung laga. Hasilnya? Chong berperan besar dalam terciptanya penalti bagi Man United yang membawa mereka ke perempat final.
Berstatus pemain legendaris serta sudah mengetahui kultur klub luar dan dalam, nampaknya hanya keajaiban yang mampu membuat para petinggi Setan Merah untuk tidak memberikan posisi permanen kepada Solskjaer.
Sumber: 90min
Advertisement