Liputan6.com, Jenewa - Kantor komisioner tinggi hak asasi manusia PBB, pada Jumat 8 Maret 2019, mengumumkan bahwa mereka akan mengirim tim khusus ke Venezuela pekan depan untuk bertemu dengan para korban terduga pelanggaran HAM di sana, menyusul adanya undangan dari pemerintah.
"Misi teknis PBB" yang diharapkan berada di Venezuela dari 11 hingga 22 Maret, juga akan mencoba membuka jalan bagi kunjungan masa depan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet, kantornya mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Tim akan berusaha untuk bertemu dengan pejabat Pemerintah, perwakilan Majelis Nasional, organisasi masyarakat sipil dan korban pelanggaran hak asasi manusia," kata kantor itu, seperti dikutip dari The Malay Mail, Jumat (8/3/2019).
Baca Juga
Advertisement
Menteri luar negeri Venezuela Jorge Arreaza mengundang Bachelet untuk mengunjungi negaranya dalam pidatonya di Dewan HAM PBB di Jenewa minggu lalu.
Sebelum Bachelet dapat berkunjung, tim pendahulu akan berusaha memastikan bahwa dia akan diberikan "akses tanpa batas ke orang-orang dan tempat-tempat yang perlu dia kunjungi untuk dapat memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi hak asasi manusia di negara ini," kata pernyataan itu.
Venezuela telah dicengkeram oleh krisis politik yang menghancurkan dan kehancuran ekonomi, yang disalahkan Amerika Serikat dan negara-negara lain atas apa yang mereka gambarkan sebagai kesalahan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
AS telah memimpin kampanye diplomatik untuk mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido yang telah menyatakan dirinya sebagai presiden sementara dan diakui oleh sekitar 50 negara, terutama di dalam Uni Eropa.
Bachelet, mantan presiden Chile, telah mengkritik pemerintah Maduro tetapi minggu ini juga mengatakan bahwa sanksi ekonomi yang didorong oleh Washington telah "memperburuk" krisis.
Simak video pilihan berikut:
Blokir Bantuan Asing, Venezuela Tutup Perbatasan
Pihak berwenang Venezuela memblokade jembatan kedua di perbatasan dengan Kolombia, menyusul pertempuran baru antara demonstran dan pasukan keamanan yang setia kepada Nicolás Maduro.
Langkah itu dilakukan ketika pemimpin oposisi Juan Guaido pergi ke Brasil untuk menopang tekanan internasional terhadap Maduro, setelah pertemuan para pemimpin regional di Kolombia awal pekan ini, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Kamis (28/2/2019).
Pada Rabu 27 Februari 2019, dua peti kemas diposisikan di seberang jembatan Simon Bolivar, persimpangan utama bagi pejalan kaki antara kedua negara, setelah beberapa hari terjadi kekerasan sporadis. Baca selengkapnya...
Advertisement