AS Tetap Mau Berdialog dengan Korut, Meski Diduga Buka Program Misil Lagi

Penasihat kepresidenan Amerika Serikat bidang keamanan nasional mengatakan bahwa Presiden Donald Trump terbuka untuk lebih banyak pembicaraan dengan Korea Utara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Mar 2019, 22:06 WIB
Kim Jong-un dan Donald Trump (Foto: SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Penasihat kepresidenan Amerika Serikat bidang keamanan nasional mengatakan bahwa Presiden Donald Trump terbuka untuk lebih banyak pembicaraan dengan Korea Utara mengenai denuklirisasi, meskipun ada laporan bahwa mereka mengaktifkan kembali sebagian dari program misilnya.

Aktivitas baru telah terdeteksi di sebuah pabrik yang memproduksi rudal balistik antarbenua (ICBM) pertama Korea Utara yang mampu mencapai Amerika Serikat, lapor surat kabar JoongAng Ilbo dan Donga Ilbo Korea Selatan, mengutip para anggota parlemen yang mendapat pengarahan dari National Intelligence Service.

Kepala mata-mata Korea Selatan Suh Hoon mengatakan kepada anggota parlemen di Seoul bahwa kendaraan kargo terlihat bergerak di sekitar pabrik ICBM Korea Utara di Sanumdong baru-baru ini, JoongAng Ilbo melaporkan, seperti dikutip dari The Malay Mail, Jumat (8/3/2019).

Surat kabar itu juga mengutip Suh yang mengatakan Korea Utara terus menjalankan fasilitas pengayaan uraniumnya di kompleks nuklir utama Yongbyon setelah pertemuan puncak pertama Trump dan Kim di Singapura Juni lalu.

Pabrik Sanumdong memproduksi Hwasong-15 ICBM, yang dapat terbang lebih dari 13.000 km. Setelah uji terbang pada tahun 2017, Korea Utara menyatakan penyelesaian "kekuatan nuklir negara" sebelum melakukan pembicaraan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat tahun lalu.

Secara terpisah, lembaga think-tank berbasis di Washington DC 38 North dan Center for Strategic and International Studies (CSIS) melaporkan kemarin bahwa situs Sohae Korea Utara, yang dijanjikan Kim Jong-un di Singapura untuk dibongkar, tampaknya akan beroperasi kembali setelah membangun kembali pekerjaan yang dimulai beberapa hari sebelum pertemuan puncak Hanoi.

"Kegiatan pembangunan kembali di Sohae menunjukkan seberapa cepat Korea Utara dapat dengan mudah membuat reversibel setiap langkah yang diambil untuk menghapus program Senjata Pemusnah Massal dengan sedikit keraguan," kata Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Itu disebut tindakan "penghinaan" terhadap strategi diplomatik Trump yang menunjukkan kekesalan Korea Utara pada penolakannya untuk mencabut sanksi.

Ditanya kemarin apakah dia kecewa dengan kegiatan Korea Utara baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan: "Ini mengecewakan," sambil menambahkan tanpa menjelaskan: "Kita akan lihat. Kami akan memberi tahu Anda dalam waktu sekitar satu tahun."

Laporan kegiatan Korea Utara menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang masa depan dialog yang telah diupayakan Trump dengan Kim setelah pertemuan puncak kedua di antara mereka yang gagal di Vietnam pekan lalu.

Penasihat Kepresidenan Bidang Keamanan Nasional John Bolton, yang mengemukakan alasan pendekatan keras ke Korea Utara, mengatakan Trump masih terbuka untuk pembicaraan lebih banyak dengan negara itu.

"Presiden jelas terbuka untuk berbicara lagi. Kita akan melihat kapan itu mungkin dijadwalkan atau bagaimana cara kerjanya," katanya kepada Fox News, menambahkan itu terlalu dini untuk menentukan laporan kegiatan Korea Utara.

"Kami akan mempelajari situasinya dengan cermat. Seperti kata Presiden, akan sangat, sangat mengecewakan jika mereka mengambil arah ini."

KTT Vietnam pada 27-28 Februari runtuh karena perbedaan tentang seberapa jauh Korea Utara bersedia membatasi program nuklirnya dan tingkat kesediaan AS untuk meringankan sanksi ekonomi.

Media pemerintah Korea Utara, yang memfokuskan laporannya pada perundingan "konstruktif" antara para pemimpin, melaporkan untuk pertama kalinya hari ini bahwa KTT berakhir tanpa kesepakatan.

Surat kabar resmi Rodong Sinmun menuduh Jepang berusaha "mengganggu" hubungan Korea Utara dengan Amerika Serikat dan mengatakan Jepang telah "bertepuk tangan" atas kehancuran KTT sementara yang lain di dunia menyesali hal itu.

Trump, yang menginginkan kemenangan kebijakan luar negeri besar-besaran terhadap Korea Utara, yang telah menghindari para pendahulunya selama beberapa dekade, telah berulang kali menekankan hubungan baiknya dengan Kim.

Dia pergi sejauh akhir tahun lalu dengan mengatakan mereka "jatuh cinta," tetapi ia telah gagal menjembatani kesenjangan yang lebar antara kedua belah pihak.

 

Simak video pilihan berikut:


Korsel Yakin Bisa Menjembatani AS - Korut

Presiden AS Donald Trump menjabat tangan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam sesi makan malam, Rabu 27 Februari 2019, di Hanoi, Vietnam. (AP / Evan Vucci)

Korea Selatan berkomitmen untuk menjembatani Amerika Serikat dan Korea Utara jika kedua negara akan melanjutkan pertemuan tingkat tinggi lain demi meneruskan pembahasan KTT di Hanoi yang tak membuahkan kesepakatan. Demikian kata diplomat top Korsel di Indonesia.

"Korea Selatan secara aktif berusaha mengidentifikasi pandangan dan persepsi AS dan Korea Utara pasca KTT di Vietnam lalu," kata Duta Besar Korea Selatan untuk RI Kim Chang-beom di Jakarta, Rabu (6/3/2019).

Kim Chang-beom mengaku bahwa memang masing-masing pihak "perlu berkepala dingin" terlebih dahulu untuk sementara waktu pasca-pertemuan tingkat tinggi yang digeelar di Hanoi pada 28 Februari 2019 lalu.

Namun, hingga pada waktunya kedua negara akan bertemu lagi, "yang mana itu mungkin," Kim Chang-beom mengatakan bahwa Korea Selatan, "terus secara aktif menemukan solusi yang lebih praktis agar proses dialog damai ini bisa terus berjalan." Baca selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya