Liputan6.com, Jakarta - Peraih Nobel Ekonomi 2004, Finn Erling Kydland, angkat suara soal investasi asing di Indonesia.
Meski belakang isu investasi asing, seperti dari China, sedang menjadi polemik, tetapi Kydland mengajak memahami esensi dasar dari investasi asing.
Ia menyebut, negara dapat mengambil keuntungan dari investasi asing untuk mendanai proyek-proyek yang tidak seluruhnya bisa dilaksanakan dengan dana domestik.
"Investasi asing, secara umum, seharusnya merupakan hal yang baik. Itu adalah cara membantu ketika negara tak memiliki sumber sendiri dan dana yang cukup," ujar dia dalam konferensi pers di Universitas Binus, Jakarta Barat pada Jumat (8/3/2019).
"Dan hal tersebut (investasi asing), jika dilakukan dengan benar, maka dapat membantu ekonomi tumbuh lebih cepat," ucap Kydland.
Baca Juga
Advertisement
Lebih lanjut, dia juga mencontohkan negaranya sendiri, Norwegia, yang pada 1920 sampai 1930-an adalah negara yang sangat miskin.
Norwegia pun mengandalkan dana investor asing untuk membuat negaranya berkembang. Kydland berkata, Norwegia jadi tumbuh lebih cepat berkat investasi.
Ketika ditanyakan mengenai kasus investor China, Huang Xiangmo, yang mencoba mempengaruhi politik di Australia, Kydland menyebut kasus itu berbeda, sebab tidak memberikan kontribusi apapun bagi ekonomi.
"Menggunakan uang untuk mempengaruhi politisi adalah hal berbeda. Itu sama sekali tak membantu memperkaya sebuah negara," kata dia.
Secara ekonomi, Kydland menepis anggapan, investasi asing, seperti untuk infrastruktur atau pabrik, dapat berniat jahat. Menurut dia, setiap investor pasti ingin agar proyek sukses agar mendapatkan untung.
"Sebagai investor, kamu pasti selalu berharap mendapat untung. Kamu tak akan melakukannya kecuali yakin ada keuntungannya. Jadi saya tak dapat memikirkan contoh bahwa investasi dapat memiliki niat jahat atau buruk," kata dia.
Puji Konsistensi BI
Sebelumnya, peraih Nobel Ekonomi 2004 Finn Erling Kydland memberi pujian kepada Bank Indonesia (BI).
Menurut dia, BI berhasil mengikuti resep kebijakan ekonomi yang fokus pada jangka panjang. Hal ini Kydland ungkapkan ketika datang ke Universitas Bina Nusantara (Binus) untuk memberikan kuliah dan berdialog pada Jumat 8 Maret 2019.
Kydland menjadikan BI sebagai teladan di Indonesia perihal penerapan kebijakan ekonomi yang konsisten.
"Contoh terbaik di Indonesia adalah apa yang Bank Indonesia laksanakan dalam kebijakan moneter. Saya sangat luar biasa terkesan," ujar Kydland di Auditorium Binus, Jumat pekan ini di Jakarta.
Ia pun bercerita ketika datang ke Bali pada 2005, setahun setelah ia memenangkan Nobel, atas undangan BI. Saat di Bali, Kydland bertemu banyak peneliti BI sekaligus memberikan keynote speech tentang resep kebijakan berjangka panjang.
Beberapa resep yang saat itu ia bagikan adalah pentingnya kebijakan moneter yang dapat dipahami dengan baik, transparan, serta konsisten secara terus-menerus (consistent over time).
Ketika melakukan follow up, Kydland dibuat terkesan melihat BI yang sukses menerapkan resep kebijakan moneter yang optimal. Bagi Kydland, konsistensi merupakan nilai cemerlang dalam kebijakan BI.
"Mereka tampak bangga karena menunjukkan telah mengikut resep yang mengindikasikan kebijakan moneter yang optimal. Dan rasanya membahagiakan untuk bertemu lagi dan mendengar kisah sukses mereka," ungkap Kydland.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement