Kabupaten Grobogan Tak Tabu Pindah Pusat Pemerintahan

Untuk memindahkan pusat pemerintahan, saat ini penuh dengan pertimbangan dan diskusi panjang. Beda dengan masa lalu. Pengalaman Kabupaten Grobogan bisa menjadi cermin.

oleh Felek Wahyu diperbarui 09 Mar 2019, 14:00 WIB
Bupati Grobogan Sri Sumarni beserta keluarga menaiki kereta kencana ketika prosesi pindah grobog. (foto: Liputan6.com/felek wahyu)

Liputan6.com, Grobogan - Prosesi Boyong Grobog merupakan tradisi rutin yang dilakukan menjelang hari jadi Kabupaten Grobogan ke 293 pada Senin, 4 Maret 2019. Prosesi yang menggambarkan pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan dari kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi, menjadi penanda kegembiraan yang setiap tahun diperingati warga.

Ditulis oleh mediajateng.net, saat pelaksanaan, para peserta mulai dari bupati hingga perangkat desa, mengenakan pakaian adat Jawa. Perjalanan diawali dari Kelurahan Grobogan. Di pendopo Kelurahan ini, Bupati bersama rombongan berjalan bersama menuju Kelurahan Purwodadi yang kini menjadi Pendopo Kabupaten Grobogan.

Kesakralan mencoba dimunculkan dengan warna putih. Bupati Grobogan beserta anak mantu dan tiga orang cucunya menaiki kereta kencana dari Kelurahan Grobogan, diiringi dua orang pengawal yang diperankan Kapolres Grobogan AKBP Choiron El Atiq dan Dandim 0717/Purwodadi, Letkol Inf Asman Mokoginta.

Dalam sejarahnya, pusat pemerintahan berada di Kelurahan Grobogan dan terdiri dari beberapa wilayah seperti Sela, Teras, Karas, Wirosari, Santenan, Grobogan dan beberapa daerah di Sukowati bagian utara Bengawan Solo dengan bupati yang pertama Adipati Pangeran Puger.

Pemindahan pusat pemerintahan tersebut terjadi pada tahun 1864 saat Kabupaten Grobogan dibawah kekuasaan Adipati Martonagoro dengan melibatkan seluruh prajurit dan para abdi dalem lengkap dengan persenjataan dan bermacam hasil bumi.

Saat pindah pusat pemerintahan itu, seluruh pusaka dan persenjataan disimpan ke dalam kotak yang dalam bahasa Jawa dinamakan grobog.

Berita menarik lain bisa disimak di mediajateng.net

 


Semua Bersyukur

Pengawal berkuda memimpin pasukan, ini bukan sekadar mengenang. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Selain memboyong pemerintahan dan pusaka, dalam iringan kirab ini juga terdapat gunungan yang berisi segala macam sayur dan buah-buahan hasil bumi masyarakat setempat.

Bupati Sri Sumarni mengatakan, pemindahan pusat pemerintahan dari Kelurahan Grobogan ke Kelurahan Purwodadi bertujuan memudahkan sistem administrasi pemerintahan. Pertimbangannya, Kelurahan Purwodadi sangat strategis.

"Kami berharap prosesi kirab Boyong Grobog ini terus dilestarikan warga Kabupaten Grobogan," kata Sri Sumarni.

Sementara itu, Sekda Grobogan, Moh Soemarsono menjelaskan makna gunungan yang dibawa masyarakat yakni agar hasil pertanian masyarakat semakin berlimpah. Di samping itu, gunungan juga sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat Grobogan akan hasil pertanian yang ada selama ini.

"Gunungan ini sebagai simbol rasa syukur masyarakat Grobogan pada Allah SWT atas rezeki yang telah diberikan. Semoga ke depan, masyarakat Grobogan semakin sejahtera secara utuh dan menyeluruh," kata Sekda.

Simak video pilihan dari Grobogan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya