Liputan6.com, Caracas - Menteri pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino López, menuduh Amerika Serikat (AS) mendalangi pemadaman listrik yang melumpuhkan hampir seluruh wilayah negara Amerika Selatan itu.
Tanpa listrik, dikhawatirkan kondisi krisis akan memasuki fase baru yang lebih bergejolak, ujar para pengamat, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Sabtu (9/3/2019).
Dalam pidato yang disiarkan televisi dari istana presiden Miraflores di Caracas, Padrino López mengklaim "kekaisaran Amerika Utara" berada di belakang "agresi kriminal", yang dirancang untuk "mengganggu dan menyerang" pemerintahan Nicolás Maduro yang terkepung.
Baca Juga
Advertisement
Hampir semua dari 23 negara bagian Venezuela gelap gulita sejak Kamis sore, dalam kasus pemadaman listrik paling parah dalam sejarah negara itu.
"Tidak ada yang bisa begitu naif untuk berpikir ini adalah hasil dari nasib buruk atau kebetulan," kata Padrino López pada hari Jumat, ketika jutaan warga Venezuela bersiap untuk melalui malam kedua tanpa listrik.
"Ini adalah agresi yang dirancang untuk meluluhlantakkan rakyat dan negara Venezuela," lanjutnya mengkritik.
Padrino López mengklaim dugaan bahwa AS menyerang pembangkit tenaga air Guri di selatan Venezuela, yang memasok banyak listrik di negara itu. Dia juga mengatakan bahwa "sabotase" itu telah "disiapkan, direncanakan, dan didefinisikan dengan baik" di Washington.
Tetapi, Padrino López bersikeras para pejabat Maduro serta angkatan bersenjata melawan balik, dan mengatakan: "Kami di sini untuk mengirimkan pesan kepada semua orang Venezuela ... semua tetap tenang."
Sebelumnya, wakil presiden Venezuela, Delcy Rodríguez, mengecam insiden itu --yang oleh para ahli dikaitkan dengan kesalahan manajemen, korupsi dan pemeliharaan buruk-- sebagai bagian dari "rencana jahat" untuk menggulingkan Maduro.
Simak video pilihan beirkut:
Dugaan yang Menuai Kritik
Nicolas Maduro, yang merupakan ahli waris politik Hugo Chavez menghadapi pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan, setelah pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai pemimpin sementara Venezuela yang sah pada 23 Januari.
Klaim Guaido diakui oleh sebagian besar pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Namun, Maduro hampir tidak pernah terlihat atau terdengar sejak pemadaman listrik berlangsung, dan satu-satunya pernyataan publik muncul dalam sebuah twit, di mana dia menyalahkan AS dan bersumpah: "Kami akan menang!"
Sebaliknya, Guaido muncul di sebuah rapat umum di Caracas, di mana dia mendesak para pendukungnya untuk kembali turun ke jalan untuk melakukan aksi protes pada akhir pekan ini, dan mengklaim mereka "sangat, sangat dekat" untuk memaksa Maduro lengser dari kekuasaan.
Sementara itu, pada Jumat 8 Maret, sebagian besar suasana ibu kota Caracas sepi ketika muncul kekhawatiran tentang meningkatnya beban biaya hidup akibat pemadaman listrik.
"Ini adalah situasi genting, dan Maduro selama ini memberikan rasa stabilitas yang salah. Pemadaman listrik yang berkelanjutan dapat ... memicu pertikaian yang meluas," ujar Benjamin Gedan, penasihat Dewan Keamanan Nasional Venezuela, yang bertugas selama masa kepresidenan Obama.
Senada dengan Gedan, banyak lawan Maduro juga menolak dugaan bahwa pemadaman itu adalah hasil dari konspirasi anti-pemerintah.
"(PLTA) Guri telah menurun performanya karena kurangnya perawatan, sama halnya seperti terjadi pada pabrik termoelektrik serta jalur transmisi dan distribusi," twit mantan menteri perminyakan Hugo Chavez, Rafael Ramírez, yang pergi ke pengasingan setelah berpisah dengan Maduro pada 2017.
"Ketidakmampuan dan kemalasan dari pemerintah inilah yang telah membawa kita pada kehancuran total," lanjutnya.
Advertisement