Awal Pekan, Harga Daging Ayam Turun di Pasar Rawa Badak

Memasuki minggu ke-2 Maret, harga komoditas seperti daging ayam di Pasar Rawa Badak, Jakarta Utara terpantau turun.

oleh Athika Rahma diperbarui 11 Mar 2019, 11:00 WIB
Pedagang memotong daging ayam di pasar tradisional. (Permata SAMAD/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki minggu ke-2 Maret, harga komoditas seperti daging ayam di Pasar Rawa Badak, Jakarta Utara terpantau turun.

Harga daging ayam yang awalnya Rp 40 ribu per kilogram, turun  menjadi Rp 37 ribu per kilogram pada tiga hari sebelumnya. Saat ini harga daging ayam kembali merosot menjadi Rp 35 ribu per kilogram.

Salah satu penjual daging ayam, Rusli (55) menyatakan, harga daging ayam memang anjlok beberapa waktu belakangan ini. Dirinya pun sempat membandingkan harga daging ayam dengan pasar lain.

"Kalau di kita  Rp 35 ribu per kilogram sekarang, kalau di pasar lain kayak Pulo Gadung itu Rp 40 ribu, di Kramat Jati malah Rp 30 ribu," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (11/3/2019).

Tidak jauh berbeda dengan Rusli, Gilang (30) juga membenarkan turunnya harga daging ayam. Dia menjual daging ayam seharga Rp 37 ribu per kilogram. Namun, dia siap menurunkan harga jika lapaknya masih sepi pembeli.

"Saya sudah beberapa hari enggak ramai, kalau memang harus turun lagi saya siap, yang penting banyak yang beli," pungkasnya.

Bagian ayam yang lain seperti ceker dijual seharga Rp 31 ribu per kilogram. Untuk telur ayam, para pedagang mengungkapkan terjadi penurunan harga yang tidak terlalu signifikan, hanya sekitar Rp 1.000, yang awalnya seharga Rp 25 ribu per kilogram menjadi Rp 24 ribu per kilogram.


Penjelasan Kementan soal Anjloknya Harga Ayam di Peternak

Harga Daging Ayam Turun

Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, membantah jika anjloknya harga daging ayam di tingkat peternak akibat berlebihnya stok anak ayam atau Day Old Chicken (DOC).

Direktur Jenderal Peternakan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, anjloknya harga daging ayam di tingkat peternak dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh permintaan yang menurun. Sedangkan stok ayam di peternak terus meningkat.

"Tidak ada over suply DOC, karena ini semata-mata demand yang turun di bulan ini. Itu terjadi tahun ke tahun, di Maret terjadi penurunan demand," ujar dia di Jakarta, Rabu (6/3/2019).   

Menurut dia, ada juga sebagian peternak atau integrator yang telah menyiapkan stok ayam lebih dari biasanya untuk menyambut musim kampanye pemilihan umum (pemilu). Namun nyatanya kegiatan kampanye pemilu belum membuat permintaan ayam meningkat.

"Dari info intergrator, pemilu ini banyak kebutuhan ayam. Ternyata pemilu sekarang tidak makan ayam, tidak ada nasi bungkus. Ini bisnisnya meleset. Di situ mereka yang peternak mandiri, kawan kita yang betenak mandiri yang tidak punya kemitraan. Ketika harga jatuh, mereka tanggung sendiri," jelas dia.

Namun demikian, lanjut Ketut, harga daging ayam di tingkat peternak bisa kembali normal dalam beberapa hari ke depan. Peningkatan harga ini mulai terlihat di sejumlah sentra peternakan ayam.

"DI Jawa Tengah harganya jatuh ke Rp 17 ribu, tapi sudah naik jadi Rp 19 ribu. Harga sampai Maret HPP (Harga Pokok Penjualan) Rp 20 ribu-Rp 22 ribu, di peternak sekarang Rp 19 ribu, di pasar Rp 34 ribu-Rp 36 ribu. Saya ambil kebijakan agar bagaimana kawan-kawan mendapatkan harga yang wajar. Minimal Rp 20 ribu (di tingkat petani), mudah-mudahan 1-2 hari ke depan jadi Rp 20 ribu," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya