Kepala Bappenas Ungkap Alasan Banyak Investor Masuk Bisnis E-Commerce

Indonesia telah memiliki 4 unicorn yang mulai dilirik oleh para investor asing dengan valuasi di atas USD 1 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mar 2019, 10:31 WIB
Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan alasan tingginya minat pemodal untuk berinvestasi di bisnis toko online atau e-commerce. Salah satunya para investor melihat peluang besar dan mengincar big data dari transaksi elektronik tersebut.

"Ada satu yang yang mereka incar, yang kita sebut the future gold tapi bentuknya bukan gold, yakni data big data. Jadi investor besar itu mengincar big data," kata Bambang saat ditemui di Jakarta, ditulis Rabu (13/3/2019).

Bambang mengatakan padahal perusahaan e-commmerce yang telah berstatus unicorn sekalipun, banyak yang belum menghasilkan keuntungan, bahkan masih ada sebagian yang merugi.

Namun, para investor dikatakan dia, tidak mempersoalkan hal itu. Sehingga banyak yang berbondong-bondong menanamkan modalnya di bisnis ini.

"Kenapa sekarang orang berbondong-bondong Investasi di perusahaan e-commerce padahal perusahaannya rugi. Unicorn aja belum tentu untung banyak yang masih rugi, istilahnya bakar uang tapi investor berlomba-lomba ingin masuk," jelasnya.

Oleh karena itu, dirinya menekankan agar Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperhatikan betul perkembangan perdagangan elektronik ini. Terutama terkait dengan perlindungan konsumen, khsusunya data pribadi.

"Jadi meski itu sesuatu yang menarik di masa depan, tapi pandangan ritel Kemendag pasti punya cara bagaimana memelihara perlrindungan konsumen," pungkasnya.

Seperti diketahui, di Indonesia sendiri telah memiliki 4 unicorn yang mulai dilirik oleh para investor asing dengan valuasi di atas USD 1 miliar (Rp 13,8 triliun).

Adapun ke 4 itu adalah Tokopedia dengan valuasi sebesar Rp 50 triliun, Gojek dengan valuasi sebesar Rp 40 triliun, Traveloka dengan valuasi sebesar Rp 26 triliun serta Bukalapak dengan valuasi sebesar Rp 15 triliun.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Transaksi E-commerce Naik Rp 13 Triliun Tiap Bulan

Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengatakan sektor ekonomi digital, khususnya e-commerce terus tumbuh dari waktu ke waktu.

Berdasarkan data yang dihimpun BI, terjadi peningkatan signifikan pada nilai transaksi e-commerce. Transaksi di platform e-commerce mencapai hingga Rp 13 triliun per bulan.

"Kalau sekarang kita lihat aktifitas sektor real yang sudah lewat digital ekonomi ini kelihatan meningkat," kata dia, di Museum Bank Indonesia, Jakarta, pada Jumat 3 Januari 2019. 

"Misalnya data transaksi e-commerce yang diperoleh BI, itu menunjukkan peningkatan melalui e-commerce itu paling tidak yang BI capture sekarang setiap bulan itu sekitar Rp 11 triliun sampe Rp 13 triliun per bulan. Kalau setahun kan bisa Rp 140-an triliun," lanjut Mirza.

Dia mengakui jika dibandingkan dengan total transaksi sektor riil, maka transaksi e-commercememang belum terlalu besar. Namun, pertumbuhan transaksi di platform e-commerce sangat signifikan.

"Memang kalau dibandingkan keseluruhan transaksi sektor ritel tentu masih kecil tapi kalau kita lihat pertumbuhannya, pertumbuhannya itu sudah 100 persen sampai 150 persen yoy. Jadi misalnya Januari over Januari, Desember over Desember," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya