KPU Akui Banyak yang Ingin Retas Data Pemilih Pemilu 2019

Arief membantah kabar yang menyebut peretas berasal dari dua negara yakni Tiongkok dan Rusia.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 13 Mar 2019, 14:02 WIB
Ketua KPU Arief Budiman memasukkan surat suara saat simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2019 di halaman Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/3). Simulasi untuk merepresentasikan pemungutan suara seperti di TPS. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengakui banyak pihak yang ingin mencoba meretas situs basis data pemilih dalam Pemilu 2019. Ketua KPU Arief Budiman mengatakan, serangan hacker datang terus menerus dan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.

"Kalau nyerang ke web kita itu memang ada terus, dan itu bisa datang dari mana-mana, dilihat dari IP addressnya itu datang dari dalam negeri dan luar negeri," kata Arief di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Arief membantah kabar yang menyebut peretas berasal dari dua negara yakni Tiongkok dan Rusia.

"Saya pikir engga perlu saya sebut nama negaranya, kecuali kita sudah nangkep baru boleh disebut. Tapi nggak usah disebut lah negaranya," katanya.

"Jadi tidak seperti diberitakan itu bahwa yang ngehack pasti dari situ. Tapi dari IP address bisa datang dari mana-mana. cuma orangnya siapa kita tidak tahu," tambah Arief.

Arief enggan menyebut intensitas hacker menyerang web KPU, Arief hanya menyebut bentuk peretasan terdiri dari berbagai jenis.

"Macam-macam, ada yang deface saja. saya ga jawab itu deh, pertama saya bukan ahli IT, kedua ada hal-hal yang harus ditindaklanjuti nanti kalau sudah terbukti ditangkep baru ketahuan," ucapnya

Meski diserang banyak pihak, KPU mengklaim pihaknya bisa menangani para hackers sehingga tidak Berpotensi menganggu proses pemilu.

"Sampai sekarang sudah bisa ditangani," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya