Ketua KPU: Peretas Situs Pemilu 2019 Bisa dari Mana Saja

Ketua Komisi Pemilihan Umum, Arief Budiman, mengatakan, para peretas situs KPU bukan hanya berasal dari Rusia dan Tiongkok saja.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 13 Mar 2019, 23:36 WIB
Ketua KPU Arief Budiman (kanan) bersama Komisioner KPU menunjukkan jari bertinta usai mencoblos dalam simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2019 di halaman Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/3). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengatakan, para peretas situs KPU bukan hanya berasal dari Rusia dan Tiongkok.

Dia menjelaskan, meskipun IP adress berasal dari dua negara tersebut, bukan berarti pelakunya berasal dari sana. Menurutnya, bisa saja itu dilakukan dari dalam negeri.

"Jadi IP adress-nya datang dari banyak tempat. Ada yang datang dari domestik. Ada yang datang dari internasional. Tapi orang di belakang pengguna IP adress itu kan bisa orang Indonesia, bisa orang luar, bisa dari mana-mana," ucap Arief di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Meski demikian, dia memastikan, tidak ada ancaman berarti terhadap serangan para peretas ini. Dirinya merasa yakin sejauh ini situs KPU masih aman, sehingga penyelenggaraan Pemilu bisa berjalan dengan baik.

"Enggak, masih aman-aman aja. InsyaAllah aman," ungkap Arief.

 


Kerja Sama

Sementara itu di tempat berbeda, Komisioner KPU Viryan Aziz menjelaskan, bagi para peretas yang menyerang situs lembaganya, beberapa pernah ada yang sudah ditangkap. Bahkan itu berasal dari Indonesia.

Menurutnya, itu bukan dari peran KPU saja, tapi bekerja sama dengan cyber crime Polri.

"Setiap ada serangan siber kita selalu koordinasi dengan Mabes Polri dalam hal ini cyber crime. Kita harapkan mereka bisa ungkap dan itu terbukti bisa ditangkap. Ada (yang ditangkap), orang Indonesia," ujar Viryan di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.

Selain mengatasi dengan perangkat keamanan yang baik, dia juga mengungkapkan, pihaknya melakukan pendekatan terhadap pelaku. menurutnya, KPU selalu membuka dialog dengan para peretas.

"Artinya bagaimana kami berupaya meminimalisir potensi tersebut, yang kami lakukan adalah bekerja sebaik mungkin. Sehingga misalnya ada seorang hacker kesel dengan KPU, enggak jadi, kita harapkan mendukung," tutur Viryan.

Pendekatan tersebut dilakukan karena motif pelaku. Menurut Viryan ada yang hanya mencoba-coba, ada pula faktor ketidaksukaan dengan KPU.

"Ada yang ingin tahu saja, kemudian, ada yang kesel. Bisa jadi ada yang kesel," pungkasnya.

 

 

 

Reporter: Ahda Bayhaqi & Sania Mashabi

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya