Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Kota Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Kamis (14/3/2019) pagi ini.
Mengutip laman Sekretariat Kabinet, tiba dengan pesawat kepresidenan Indonesia-1 di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, sekitar pukul 09.30 WIB, Presiden Jokowi disambut langsung Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur Babel Erzaldi Rosman, dan Kapolda Babel Brigjen Polisi Istiono.
Advertisement
Selanjutnya, Presiden meninjau maket dan keterangan pembangunan bandara serta kawasan ekonomi khusus. Selain itu, Presiden juga meninjau ruang tunggu penumpang di bandara tersebut.
Dalam kunjungan kerja ke Provinsi Bangka Belitung ini, Presiden Jokowi dijadwalkan meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang, dan bertemu dengan sejumlah penerima bantuan Program Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan Non Tunan (BPNT).
Mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan tersebut antara lain Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Usai kunjungan kerja ke Provinsi Bangka Belitung, Presiden Jokowi dan rombongan akan melanjutkan kunjungan kerja ke Provinsi Sumatera Utara, pada Kamis (14/3) sore.
Kisah Depati Amir Bikin Panik Penjajah Belanda di Tanah Bangka
Jika singgah ke Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, melalui jalur udara, maka Anda akan menapakkan kaki di Bandar Udara Depati Amir. Nama bandara ini baru diubah pada 25 Agustus 1999 dari nama asalnya, Pelabuhan Udara Pangkal Pinang.
Nama Depati Amir dipilih tentu bukan tanpa alasan. Dia adalah sosok pahlawan nasional yang berjuang bersama warga Pangkal Pinang mengusir penjajah Belanda.
Pahlawan nasional ini merupakan putra sulung Depati Bahrin. Dia diangkat menjadi depati karena adanya kerisauan Belanda terhadap pengaruhnya yang besar bagi rakyat Bangka.
Baca Juga
Meski menolak jabatan tersebut, gelar depati tetap disematkan pada nama Amir karena kecintaan rakyat terhadap pemimpinnya itu.
Informasi yang dihimpun Liputan6.com, bersama adiknya, Hamzah, Amir memimpin perlawanan rakyat Bangka. Dia dikenal sebagai sosok yang tegas, berani, dan cerdas.
Dia memiliki strategi khusus untuk mengusir penjajah. Caranya, membuat pasukan kecil yang bertugas di pos-pos militer Belanda dan menghancurkan tempat penyimpanan kekayaan dan keuangan atau logistik musuh. Dengan begitu, mental penjajah pun akan jatuh. Belanda dibuat kalang kabut.
Berbagai upaya dilakukan Belanda untuk menjatuhkan pasukan yang dipimpin Amir dan Hamzah. Dari menyediakan berbagai hadiah untuk rakyat yang memberikan informasi mengenai keberadaan Amir dan Hamzah, hingga menyandera keluarga mereka.
Amir berhasil ditangkap ketika kondisi pasukannya melemah akibat kekurangan pangan. Dia dan adiknya dibawa ke pengasingan di Pulau Timor. Di sana, Amir pun tetap memberikan pencerahan kepada rakyat Indonesia.
Dia mengajarkan sistem pengobatan tradisional, agama, dan strategi melawan penjajah. Amir wafat pada 1885 dan dimakamkan di Kupang. Begitu pun dengan Hamzah yang wafat pada 1900.
Meski keduanya telah tiada, perjuangan mereka dilanjutkan oleh pejuang-pejuang lain di Pulau Bangka. Semangat yang mereka kobarkan kepada rakyat Bangka tak padam hingga akhir penjajahan Belanda. Untuk itu, pemerintah menetapkan Depati Amir sebagai salah seorang pahlawan nasional.
Advertisement