Dirut KSEI: Investor Pasar Modal Tak Boleh Kesampingkan Faktor Politik

Stabilitas politik sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 14 Mar 2019, 15:45 WIB
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menyikapi dinamika tahun politik, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan diskusi dengan tema politik dan ekonomi bersama para pengguna jasa KSEI, Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Acara yang merupakan agenda tahunan KSEI ini diselenggarakan di Main Hall, Galeri Bursa Efek Indonesia yang dihadiri oleh 600 undangan yang terdiri dari perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komisaris dean Direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan para pemakai jasa KSEI yang terdiri dari perusahaan terdaftar (emiten), Perusahaan Efek, Bank Kustodian, Biro Administrasi Efek, Bank Pembayaran, Bank Administrator Rekening Dana Nasabah (RDN), Agen Penjualan Reksa Dana dan Manajer Investasi.

Sebelum sesi sharing session dimulai, Direktur Utama KSEI, Friderica Widyasari Dewi memberikan pesan jika ingin berinvestasi di Pasar Modal Indonesia para pelaku usaha harus memperhatikan aspek ekonomi dan politik negeri ini. 

“Sebagai pelaku juga harus selalu update terbaru di dua aspek ini. Untuk itu, KSEI menghadirkan tokoh-tokoh yang kompeten di bidang ini untuk memberikan perencanaan strategi bisnis di 2019,” jelasnya di Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Acara ini pun dibagi dalam dua sesi. Pada sesi pertama akan membahas bidang perekonomian. Adapun yang menjadi pembicaranya adalah M. Chatib Basri, Menteri Keuangan pada masa kabinet Indonesia bersatu jilid II pada 2013-2014, yang saat ini menjabat sebagai Senior Partner & Co Founder Creco Consulting. 

Pada sesi ini, Chatib pun akan menyampaikan materi mengenai Indonesia’s Economy Outlook 2019, yaitu mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang dipenuhi oleh ketidakpastian akibat trajectory path dari Fed Fund Rate, harga minyak dan komoditi serta perekonomian akibat perang dagang yang saat ini terjadi.

Sementara untuk sesi kedua akan membahas bidang politik dengan pembicara Burhanuddin Muhtadi Excecutive Director The Indikator Politik Indonesia. Burhanuddin pun menyatakan bahwa stabilitas politik sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada sesi ini, Buharrudin akan menyampaikan stabilitas politik dan proses pemilihan presiden 2019.

KSEI berharap dengan tersenggalanya diskusi ini, diharapkan para pelaku industri pasar modal khususnya pengguna jasa KSEI dapat memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menentukan strategi usaha di 2019.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BI Catat Dana Investor Asing Masuk Indonesia Capai Rp 59,9 Triliun

Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang masuk ke Indonesia (inflow) hingga  6 Maret 2019 sebesar Rp 59,9 triliun secara year to date (ytd).

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, kondisi ini jauh lebih baik dari periode sama pada tahun lalu yang malah terjadi aliran dana keluar (outflow).

"Tahun lalu, dari Januari hingga 6 Maret itu terjadi aliran dana keluar atau outflow, sebesar Rp 9,9 triliun, tapi sekarang inflow," kata Perry di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/3/2019). 

Perry mengungkapkan, total dana asing yang masuk di antaranya terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 50,2 triliun, dan saham sebesar Rp 10,5 triliun.

Hal ini menunjukan bahwa kondisi pasar Indonesia dipercaya oleh para investor. "Ini konfirmasi confident pasar dalam dan  luar negeri terhadap ekonomi  kita itu baik dan imbal hasil aset keuangan dalam negeri baik," ujar dia.

Selain itu, dia juga menyatakan cadangan devisa (cadev) yang diumumkan pada Jumat pekan ini berada dalam posisi cukup positif.

Dia mengungkapkan, cadev mengalami kenaikan cukup signifikan menjadi USD 123,3 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dari posisi akhir Januari sebesar USD 120,1 miliar.

"Baik untuk membayar utang luar negeri, pembayaran impor dan bahkan lakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah," kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya