Demi Ungkap Makhluk Ekstraterestrial, Inggris Ikut Proyek Pemburu Alien

Inggris bergabung dengan negara-negara lain yang juga memburu alien.

oleh Afra Augesti diperbarui 14 Mar 2019, 16:00 WIB
Delegasi internasional bertemu untuk menandatangani perjanjian (Foto: Square Kilometre Array Organization)

Liputan6.com, Manchester - Inggris bergabung bersama sepuluh negara lain untuk menjadi anggota tetap dari proyek pemburu alien: Square Kilometer Array (SKA). Badan yang diterjunkan ke dalamnya ialah Science and Technology Facilities Council (STFC).

Sedangkan sepuluh negara yang dimaksud adalah Australia, Kanada, China, India, Italia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, dan Belanda.

SKA adalah sebuah proyek teleskop radio yang diusulkan akan dibangun di Australia dan Afrika Selatan, dengan kantor pusat yang berbasis di Manchester, Inggris.

Pengoperasiannya diperkirakan dimulai pada tahun 2020. Luasnya bisa mencapai sekitar satu kilometer persegi. Nantinya, proyek internasional yang ambisius ini akan memindai kosmos melalui ribuan antena parabola individu dan satu juta antena frekuensi rendah.

Para peneliti akan menggunakan teleskop SKA untuk memindai alam semesta guna mempelajari gelombang gravitasi, menguji teori relativitas Einstein di lingkungan ekstrem, menyelidiki sifat semburan radio cepat (FRB), meningkatkan pemahaman kita tentang evolusi alam semesta selama miliaran tahun, memetakan ratusan jutaan galaksi dan mencari tanda-tanda kehidupan lain (seperti alien) di jagat raya.

Proyek ini akan memanfaatkan banyak data, dan para ahli mengklaim informasi yang diambil dalam satu hari akan memakan waktu hampir dua juta tahun untuk bisa dimasukkan ke dalam perangkat digital.

Itu artinya, dua komputer super paling kuat di dunia akan dibutuhkan untuk menyisir data. Secara keseluruhan, biaya pembuatan seluruh teleskop dan satelit disinyalir menelan biaya lebih dari 700 juta euro.

Sekretaris Bisnis Greg Clark mengatakan, "Sains tidak memiliki batas dan tuan rumah Inggris sebagai markas besar global dari proyek internasional ini menunjukkan posisi dan pengaruh utama kami dalam kolaborasi dan eksplorasi ilmiah terkemuka."

"Pemerintah ini, melalui Strategi Industri modern, memberikan dorongan terbesar untuk dana penelitian dan pengembangan dalam sejarah Inggris," lanjutnya, seperti dikutip dari Express.co.uk, Kamis (14/3/2019).

Menteri Pendidikan Italia, Marco Bussetti, menyampaikan, "Proyek SKA adalah ikon yang berperan strategis dalam riset ilmiah di antara masyarakat kontemporer."

"Penelitian adalah mesin inovasi dan pengembangan: pengetahuan yang diterjemahkan menjadi kesejahteraan individu dan kolektif, baik sosial maupun ekonomi."

Dr Catherine Cesarsky, Ketua Dewan Direksi SKA, menambahkan, merancang, membangun, dan mengoperasikan teleskop terbesar di dunia membutuhkan upaya, keahlian, inovasi, ketekunan, dan kolaborasi global selama beberapa dekade.

"Hari ini, kita meletakkan dasar yang akan memungkinkan kita untuk membuat SKA menjadi kenyataan," tandasnya.

Profesor Philip Diamond, Direktur Jenderal Organisasi SKA, menambahkan, "Seperti teleskop Galileo pada masanya, SKA akan merevolusi cara kita memahami dunia di sekitar kita dan tempat kita di dalamnya."

Menurutnya, persetujuan Inggris kali ini menunjukkan komitmen mereka dan negara-negara di dunia di balik visi tersebut, dan membuka pintu bagi generasi penemu baru alien.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Gandeng Sarjana Universitas Terkemuka, NASA Bikin Tim Ahli Pemburu Alien

Ilustrasi alien (iStock)

NASA menggandeng para sarjana dari universitas terkemuka untuk membentuk tim ahli yang didedikasikan untuk menemukan kehidupan alien di planet lain.

Seperti diberitakan Daily Mail, Rabu 20 Februari 2019, NASA telah mengumpulkan tim ilmuwan untuk melacak kehidupan alien di planet lain.

Center for Life Detection Science (CLDS) atau Pusat Ilmu Deteksi Kehidupan yang baru dibentuk yang akan menjawab pertanyaan, 'Apakah kita sendirian?' dan NASA mengklaim sains akan segera memberikan jawaban yang pasti.

Para ahli dari NASA akan bekerja bersama dengan orang-orang di luar badan antariksa untuk melacak tanda-tanda keberadaan makhluk luar angkasa.

Peneliti utama CLDS dan seorang peneliti di Ames Research Center atau Pusat Penelitian Ames NASA di Mountain View, California, Tori Hoehler, mengatakan: "Kami sekarang memiliki keahlian ilmiah dan teknik untuk menjawab pertanyaan mendalam ini dengan kejelasan bukti ilmiah - dan kami memiliki banyak komunitas ilmuwan yang siap untuk tantangan besar itu.

Pencarian untuk kehidupan di luar Bumi tidak bisa menjadi pendekatan satu ukuran untuk semua.

"Guna memberi diri kesempatan terbaik untuk sukses, kita perlu mengembangkan alat dan strategi yang dirancang mendeteksi kehidupan dalam kondisi unik dari dunia lain, yang sangat berbeda tidak hanya dari Bumi tetapi juga dari luar."

Pikiran terbaik NASA akan bekerja bersama para sarjana dari Universitas Georgetown dan Universitas Teknologi Georgia.

Sarah Stewart Johnson dari Universitas Georgetown mendefinisikan tujuan timnya untuk berusaha mengenali kehidupan 'karena kita tidak tahu itu.' Tim tersebut akan meletakkan dasar untuk mendeteksi biosignature dari bentuk kehidupan yang bisa sangat berbeda dengan yang ditemukan di Bumi.

Biosignature adalah zat apa pun - seperti elemen, isotop, atau molekul - atau fenomena yang memberikan bukti ilmiah tentang kehidupan masa lalu atau masa kini.

Peneliti utama Britney Schmidt dari Georgia Tech akan menyelidiki kemungkinan kehidupan masa lalu atau masa kini di lautan es terluar bulan di tata surya kita, atau di Mars kuno.

Para anggota pendiri ini akan bergabung dengan tim-tim yang terdiri dari lebih banyak peneliti ketika program pencarian alien ini matang.

Kehidupan di planet ekstrasurya adalah tujuan utama proyek SETI NASA.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya